Kini giliran Canti yang merasa bersalah. Mulanya seperti biasa dia hanya menceritakan apa yang dialaminya di sekolah kepada mama. Canti dengan semangatnya yang meluap-luap mengungkapkan kegembiraannya karena terpilih menjadi penampil solo dance.
Dia lupa, keberhasilannya itu justru menjadi pukulan berat bagi Keira. Dia juga tidak pernah meminta mama mengadakan acara syukuran itu. Perayaan yang dinilai mama biasa, berbeda artinya di mata Keira.
Keesokan harinya, Canti terbangun karena dikejutkan oleh suara mama yang panik dan membangunkan seisi rumah.
“Kita harus cari Keira.” Suara mama terdengar begitu putus asa. “Mama khawatir Keira kenapa-kenapa.”
Canti segera turun dari kamarnya dan berlari ke kamar Keira. Kamarnya kosong dan ranjangnya terlihat rapi. Meja belajarnya juga tampak bersih dan cenderung kosong. Sepertinya Keira sudah membawa beberapa barang penting yang ada di sana. Refleks Canti membuka lemari baju milik Keira. Lemarinya nyaris kosong, hanya tersisa beberapa helai baju.
Dia tahu ada yang tidak beres. Keira pasti kabur dari rumah. Dalam hati dia menyesali keputusan Keira yang emosional seperti ini.
Diliriknya mama sekilas yang kini masih menangis di pelukan papi. Dengan cepat Canti berlari kembali ke kamarnya. Hanya ada satu orang yang terlintas di pikirannya saat ini dan Canti langsung menghubungi orang tersebut.
“Dim, Keira nggak ada. Lo tahu dia ada di mana?”
***
Dimas melirik jam beker di meja dekat tempat tidurnya ketika dering ponsel membangunkannya. Masih pukul lima pagi dan nada dering ponselnya terus berbunyi.
“Dim, Keira nggak ada. Lo tahu dia ada di mana?” suara Canti terdengar urgent.
“Keira?” Dimas bangkit dari tidurnya dan mencoba mengumpulkan fokusnya kembali.
Dari seberang sana Canti bercerita dengan cepat dan cenderung panik. “Kamarnya kosong, Dim, dan barang-barangnya udah nggak ada. Sekarang Mama sama Papi panik nyariin. Apa dia lagi bareng lo sekarang atau lo mungkin tahu kira-kira dia ke mana?”
Cerita Canti barusan berhasil membuat Dimas terjaga seratus persen. “Gue nggak tahu, Can. Ada apa sih sebenarnya?”
“Kemarin dia sama Mama berantem. Sebelumnya juga Miss Ines mencabut posisinya untuk tampil solo dance karena dia udah berkali-kali nggak disiplin. Lo tahu itu?”
Dimas memijat keningnya pelan. Sudah terlalu lama dia nggak tahu apa-apa tentang Keira dan sekarang dikejutkan oleh berita seperti ini. Sahabat macam apa lo, Dim.
Keduanya terdiam cukup lama, sebelum Dimas akhirnya bicara lagi. “Udah coba hubungi HP-nya?”
“Nggak aktif.” Canti menghela napas panjang. “Kalau sampai Keira kenapa-kenapa—”
“No, dia pasti baik-baik aja. Gue janji bakalan bawa dia pulang, Can.”
Canti mengangguk dan sedikit lebih tenang. Dia lupa bahwa lawan bicaranya tidak dapat melihatnya. “Lo bisa ke rumah, Dim?”