Sesuatu yang belum tuntas itu adalah Leon. Pengakuan Leon waktu itu masih mengganjal bagi Keira. Dan rasanya mengabaikannya begitu saja justru hanya menambah kegelisahan hatinya. Keira nggak mau lagi dianggap play girl yang suka menggantung perasaan orang. Apalagi kejadian ributnya Dimas dan Leon juga terus-menerus membuatnya kepikiran. Apa jadinya kalau suatu hari nanti ada masalah lagi di antara mereka.
Akhirnya sepulang sekolah Keira memberanikan diri mendatangi Leon di tempat tongkrongan mereka. Dia sebenarnya lebih memilih menemui Leon di sekolah atau di ruang tim basket, tapi Leon tidak kunjung membalas pesan WhatsApp yang Keira kirimkan.
Sesampainya di bengkel, sudah ada Jemmy yang sedang sibuk mengotak-atik motornya, Cindy,Via, dan Leon yang sepertinya sedang terlibat perbincangan seru. Kedatangan Keira menarik perhatian mereka.
Leon langsung beranjak dari duduknya dan mendekati Keira. “Tumben ke sini, Kei.”
Sekilas Keira sempat melihat ke arah Cindy dan Via yang melemparkan tatapan tidak suka kepadanya. Insiden berantemnya Dimas dan Leon memang sudah menyebar dengan cepat. Bahkan gosip-gosip tentang Keira yang menjadi alasan perkelahian mereka pun sudah sering dibicarakan. Makanya tidak heran beberapa anak kelas dua belas, apalagi gengnya Leon memandangnya sinis.
“Ada yang mau aku bicarakan sama Kakak, bisa?”
Leon mengiyakan dan mengajak Keira untuk ngobrol di dalam mobilnya. “Soal apa, Kei?”
“Soal Dimas dan—” Keira menggantung kalimatnya beberapa saat. “Kita.”
Leon tersenyum tipis dan memalingkan wajahnya. Dia sudah mulai jemu berurusan dengan pasangan Keira-Dimas yang mengganggu hidupnya. Untuk pertama kalinya Leon merasa dimanfaatkan cewek, pasangannya di club dijemput paksa, bahkan sampai berantem dan babak belur. Kelamaan seperti ini bisa-bisa dia ikut jadi bahan gunjingan anak-anak di sekolah.
“Kenapa lagi si ketua OSIS itu?”
“Pertama aku mau minta maaf karena dia sempat datang ke sini dan cari ribut sama Kakak.” Jelas Keira. “Kedua, soal pengakuan Kakak waktu itu—”
Belum sempat Keira menuntaskan kalimatnya, Leon sudah angkat suara dan memotongnya. “Udahlah, Kei, kita lupain aja, bisa?”