Misi keduanya Canti adalah menyatukan Dimas dan Keira. Beberapa hari sebelum lomba cheers nasional, seperti biasa Canti ingin berlatih sendiri di ruang musik. Kebetulan Keira hari itu juga ada geladi bersih bersama anggota CROWN yang lain.
Sesampainya di ruang musik, Canti melihat Dimas sudah terlebih dulu ada di sana. Sepertinya tempat itu akan menjadi tempat pertemuan rahasia antara Dimas dan Canti. Memikirkan hal ini malah membuat Canti meringis sendiri dan membayangkan seperti apa kesalnya Keira kalau dia cerita sering tidak sengaja bertemu Dimas di ruang musik.
“Lagi ngapain, Dim?” sapa Canti ketika melangkah masuk.
“Ngagetin gue aja lo, Can.” Dimas menoleh ke arah Canti. “Lagi iseng aja, sambil nunggu waktu mau ngelesin.”
Canti mengikuti Dimas yang memilih duduk di lantai sambil memangku gitar kesayangannya. Dia melirik kertas di depan Dimas yang berisi tulisan tangan dan penuh coretan. “Ini apaan, Dim?”
“Lagu ciptaan gue. Liriknya gue tulis di perjalanan Jakarta-Bandung, waktu galau mau ketemu Keira.”
“Wah! Serius?” Canti takjub. Ada bagusnya juga kalau musisi galau, jadinya menghasilkan karya.
“Iya. Mau dengar nggak?”
Canti mengangguk dengan cepat dan penasaran. Kemudian Dimas mulai memetik gitarnya dan menyanyikan lagu ciptaannya. Siapa pun yang mengenal Dimas dan Keira, pasti langsung tahu kalau lagu itu bercerita tentang Keira.
“Bagus, nggak?” tanya Dimas menyadarkan Canti dari lamunannya. “Segitu bagusnya, ya suara gue sampai bikin lo bengong gitu?”
Canti tersenyum sambil geleng-geleng kepala. “Ckckck... sombong banget lo sekarang, mentang-mentang udah bisa bikin lagu sendiri.”
“Tapi bagus nggak lagunya?” tanya Dimas lagi. “Kalau bagus mau gue nyanyiin nanti pas manggung di Clique.”
“Iya, bagus kok,” puji Canti tulus. “Apalagi lagunya dari hati gitu buat orang tercinta.”
Dimas hanya tersenyum tipis mendengar perkataan Canti yang sedang menyindir dirinya. Tiba-tiba dia teringat sebuah barang yang tersimpan cukup lama di dompetnya. Barang yang dia ambil tanpa izin pemiliknya. Dikeluarkannya barang tersebut dan diberikan kepada Canti. Sebuah foto.
Canti menerimanya dengan bingung. “Kok lo kasih ke gue?”
“Gue mau minta tolong balikin ke Keira.”
Canti ingat foto ini adalah foto yang sempat Dimas ambil dari kamar Keira waktu mereka sedang mencari petunjuk keberadaan cewek itu. Canti pikir foto ini sudah Dimas berikan ke Keira.
“Tadinya mau gue kasih ke Keira waktu di Bandung, sambil tanya maksud tulisannya ini. Tapi melihat kondisi Keira kemarin, nggak jadi deh. Gue nggak mau bikin Keira tambah pusing.”
“Terus lo mau balikin gitu aja?” Canti menatap Dimas heran. “Emang lo nggak penasaran sama perasaan Keira gimana?”
“Keira kan udah tahu perasaan gue. Sekarang gue tinggal nunggu jawabannya aja.”
Canti hanya diam. Melihat kesungguhan Dimas, ide untuk menyatukan mereka berdua pun muncul.
Kalau udah urusan cinta, saatnya gue, Canti Ayuna turun tangan.
***
Keira mondar-mandir sejak tadi untuk mengusir rasa gugupnya. Sementara itu Canti, hanya diam dan memperhatikan sambil senyum-senyum penuh arti.
“Bisa nggak lo nggak usah ngelihatin gue kayak gitu dan cengengesan nggak jelas,” hardik Keira yang justru disambut tawa oleh Canti. Sepanjang hidupnya mengenal Keira, belum pernah dia melihat Keira secanggung ini.
Mereka berdua sekarang ada di ruangannya Om Herdi di Clique, bersiap-siap untuk manggung. Bukan Dimas yang mau manggung melainkan Keira. Semua itu dimulai ketika Canti memberikan selembar foto miliknya dan kertas kusam yang berisi tulisan cakar ayam milik Dimas.
“Ini semua isi hatinya Dimas. Gue rasa lo udah punya banyak alasan untuk jawab perasaannya.”
Keira memandang kedua benda itu di tangannya sebentar kemudian kembali melihat Canti.
“Gue nggak ngerti, deh apa yang bikin lo ragu buat nerima Dimas. Jelas-jelas lo juga suka sama dia.”
“Gue cuma takut, Can.”
Canti menatap Keira bingung dan membiarkan Keira melanjutkan bicaranya. “Kalau ternyata suatu hari nanti gue gagal sama Dimas, gue bukan cuma kehilangan pacar tapi juga kehilangan sahabat.”
Keira menunduk dan merasa hopeless. Dia yang biasanya berani dan selalu berusaha mendapatkan apa pun yang dia mau mendadak kelu kalau sudah berurusan dengan perasaannya sendiri, terutama yang berhubungan dengan Dimas.
“Come on, Kei, apa sih yang bikin lo jadi penakut kayak gini?” Canti mulai gemas. “Lo jadian sama dia aja belum, tapi mikirnya udah putus aja.”
Dalam hati Keira membenarkan perkataan Canti. Dia hanya terlalu takut kehilangan Dimas sampai membuatnya tidak berani melangkah lebih jauh. Kalau sekarang dia tidak menerima Dimas pun, dia pasti tidak rela kalau melihat Dimas bersama yang lain.