Titi(k)

Katarina Retno Triwidayati
Chapter #11

Gusti Mboten Sare, Aku Seng Keturon #1

“Ya, cangkem-ku ini mengatakan sesuatu yang bener to? Kamu selingkuh dengan istriku,” jawab Damar. Ia mengembuskan asap rokoknya lurus-lurus ke wajahku.

Sialan! Berengsek sekali!

***

Memang sialan sekali Damar. Aku tidak suka asap rokok yang dihembuskannya lurus-lurus ke wajahku. Itu tidak sopan. Terutama karena kutemukan lengkung mengejek di senyumnya. Sungguh menyebalkan. 

“Kenapa? Kamu nggak suka denger kata-kataku, San?” tanya Damar. Jelas ia tengah menantang dan mengukur sejauh mana aku bersabar. Bisa jadi dia tengah mengulur waktu agar tidak terjadi perkelahian antara kami. Memikirkan hal itu membuatku senang. Aku menyimpulkan lelaki itu tahu bahwa berkelahi denganku akan membuatnya malu karena harus menanggung kekalahan.

“Kamu itu laki-laki payah, San. Aku bilang hal yang bener ini lho. Tunggu, jangan emosi dulu,” kata Damar. Ia sengaja mengisap rokoknya dulu. Dengan santai ia berjalan ke arah dipan kayu. Duduklah dia di sana dengan gaya acuh yang sangat alami menyebalkan.

“Aku bilang nggak usah ditanggapi dengan emosi ya kata-kataku. Tapi coba pikir’en[1]. Pikirkan apa yang kusampaikan. Kamu adalah laki-laki payah. Bener?” Perkataan itu diiringi ekspresi wajah yang kampleng-able. Ekspresinya membuat siapa saja yang melihat jadi berhasrat untuk melayangkan tamparan di sana.

“Gini, kalau kamu memang bener-bener laki-laki sejati, Lastri, adikku itu, tidak akan ke luar negeri untuk jadi TKW. Coba, laki-laki mana yang diam saja dan bahagia memberi beban pada istrinya?”

Aku tidak mengijinkan Lastri pergi. Kepergiannya tidak hanya melukai harga diriku, tapi juga membuatku merasa kehilangan separuh hidupku. Aku tidak memberi Lastri beban menanggung keadaan rumit sebab ekonomi sulit akhir-akhir ini. Jelas aku tidak bahagia dengan kepergian Lastri. Kejengkelan benar-benar menguasai diriku. Aku tak bisa berjanji menahan ini. Maksudku beberapa detik ke depan, aku bisa saja memukulnya.

Lihat selengkapnya