Keesokan harinya, langit mendung menggantung di atas SMA Brawijaya. Suasana sekolah terasa biasa saja, tapi tidak bagi Raka.
Dia berdiri di depan cermin kamar mandi sekolah. Menatap bayangannya sendiri yang kini terasa… hidup. Ada aura gelap samar yang melingkari tubuhnya, hampir tak terlihat, tapi bisa dirasakannya.
Kalagni berbicara dalam benaknya.
> "Hari ini, kau akan mulai pelajaran pertamamu. Balaskan rasa sakitmu. Gunakan aku."
---
Istirahat siang. Lapangan belakang sekolah.
Seperti biasa, Gino duduk di bangku beton sambil ngerokok diam-diam. Dia sendirian. Vano dan Kevin lagi di kantin. Ini momen yang pas.
Raka muncul dari balik lorong.
“Yo, Gino,” suaranya tenang tapi dingin.
Gino melirik. “Lah, lo ngapain ke sini? Mau minta dijatuhin ke got lagi?”
Tapi sebelum dia sempat berdiri, bayangan Raka di lantai bergerak cepat dan langsung menjulur ke arah kaki Gino—mengikatnya seperti tali hidup.
“APA—APAAN INI?!” Gino panik, mencoba berdiri, tapi kakinya sudah terjerat.