Setelah pertarungan di taman, Raka kembali ke kamar kontrakannya. Tubuhnya luka, napas ngos-ngosan. Tapi yang paling parah bukan luka fisik… melainkan keraguan yang mulai menggerogoti pikirannya.
> “Gue kuat sekarang... tapi kenapa hati gue gak tenang sama sekali?”
Kalagni muncul dari bayangan di dinding, sosoknya melayang seperti asap pekat, matanya merah menyala.
> “Jangan ragu, Raka. Mereka semua pantas merasakan penderitaanmu.”
Raka menatap tajam. “Lo sebenernya siapa, Kalagni? Kenapa lo ada di kitab itu?”
Kalagni menyeringai. “Karena aku... adalah bagian dari lo.”
---
Kilatan Masa Lalu
Tiba-tiba Raka pingsan. Kepalanya berdenyut, dan saat matanya tertutup, dia seperti ditarik ke dalam dunia gelap yang asing.
Di sana, dia melihat anak kecil mirip dirinya, berlari ketakutan di tengah desa yang terbakar. Orang-orang berteriak.
> "Bayangan! Anak itu pembawa kutukan!!"
Seorang wanita—ibunya—menggendongnya, sambil menangis.
> "Maafkan Ibu... kamu harus hidup, Raka. Meski mereka gak terima keberadaanmu."