TITIK BUTA

Shireishou
Chapter #12

11 - Berita yang Salah

Salah

Polisi memastikan bahwa motif pembunuhan ini adalah perampokan.


Sebaris kalimat yang terbaca oleh Yeni itu membuatnya kehilangan tenaga. Pertahanannya runtuh bersama air mata yang meluruh. 

Yeni memukul pelan dadanya yang terasa begitu sesak. Kehilangan orang tercinta bukan hal mudah untuk dilalui. Ditambah lagi, dia tidak bisa mengungkap apa yang sebenarnya terjadi. 

“Empok,” panggil Pram yang membawa dua piring bekas sarapan. “Empok Yeni kenapa?” tanyanya terheran melihat keadaan Yeni. 

Karena tidak mendapat jawaban dan kesabaran Pram setipis tisu, dia meletakkan piring bekas makannya di sembarang tempat, lalu mematikan kompor yang menyala sia-sia. Dia kemudian merebut gawai di tangan Yeni. Pram sontak membelalak begitu membaca berita yang tertampil. 

“Bohong! Ini nggak benar!” Pram membawa ponsel Yeni itu untuk ditunjukkan pada Nunu. Omnya perlu tahu! 

“Ada apa, Tika?” 

“Lihat ini, Om! Mereka bilang Om Sopian dirampok. Padahal kan nggak! Aku yakin banget Om Sopian dikeroyok! Bukan perampokan! Pasti gara-gara tas sialan itu.”

“Jaga ucapanmu. Istighfar sepuluh kali. Sekarang!” Nunu memandang kemenakannya tajam dan mengabaikan ponsel yang teracung.

Pram mendengkus, tetapi akhirnya melakukan apa yang diperintahkan Nunu. Meski pamannya sangat baik, pria itu juga bersikap luar biasa tegas dalam mendidik. 

Tangan Pram terus menyodorkan ponsel ke arah Nunu sambil masih beristighfar. Pria itu mencermati baik-baik apa yang tertulis di artikel tersebut. Ini jelas keliru. Kematian Sopian bukan karena perampokan!

Nunu beranjak keluar kontrakan dan sedikit menjauh hendak menghubungi orang yang sangat dia percaya. Untung saja baterai ponselnya masih terisi meskipun tinggal beberapa persen saja. Itu cukup untuk melakukan satu kali panggilan. Namun, sejenak Nunu gamang. Hari masih begitu pagi. Rasanya tidak etis meski ini sangat mendesak. 

Setelah menimbang, akhirnya Nunu mengirimkan pesan menanyakan tentang apa yang sebenarnya terjadi pada Sopian. Belum sempat pria itu memasukkan kembali ponsel ke saku, tiba-tiba layarnya menyala. 

Sebuah panggilan masuk.

“Saya sudah mengatakan semua. Itu jelas-jelas pembunuhan yang disengaja karena tas merah yang kami temukan. Bukan perampokan!” tukas Nunu tidak terima. 

“Polisi sudah melakukan olah TKP. Dompetnya ditemukan beberapa belas meter dari terminal Depok. Isinya raib. Ada juga saksi yang mengatakan kalau dia melihat perampokan itu terjadi, tapi tidak berani bertindak. Apa kamu menyaksikan sendiri peristiwa itu?” Suara dari seberang telepon menimpali protes Nunu.

Tentu saja Nunu tidak bisa menjawab. Posisinya lemah. Dia hanya memiliki spekulasi tanpa bukti. Tangan kiri Nunu terkepal erat mendengar penjelasan itu. Sopian bukan dirampok, melainkan dibunuh. Sangat tidak adil jika faktanya dibelokkan seperti ini!

“Saya tahu perasaanmu. Namun, tidak ada bukti kalau pelakunya adalah pemilik tas itu, bukan?”

Nunu tidak menjawab. 

“Jadi, lebih baik kita bertemu dan bawa tas itu!” tukas suara di seberang saluran telepon. 


***

Lihat selengkapnya