Bola mata Nunu sedikit bergetar ketika memandang deretan kalimat di hadapannya. Ini bukan situs biasa, deep web. Hanya orang-orang tertentu yang bisa mengaksesnya. Sudah cukup lama Nunu tidak mengakses tempat itu. Dan sekarang, dia harus tahu. Mengapa Jaka bisa berhubungan dengan Chartreux? Mengapa ada perintah pencarian Jaka oleh Chartreux di deep web?
Bounty yang ditawarkan juga cukup tinggi. Apa yang Jaka ketahui hingga dikejar dan dibunuh seperti itu? Bulu kuduk Nunu meremang. Jika dia melanjutkan penyelidikan ini, apa dirinya akan bernasib sama dengan Jaka?
Lagi-lagi Nunu merasakan kengerian itu menerjang masuk menyusuri setiap jengkal kulitnya. Jika dirinya yang mati, Nunu masih bisa menerima. Namun, Tika?
Tidak! Nunu tidak mampu.
Sayangnya, keterkejutan Nunu belum selesai saat retinanya menangkap sesuatu di layar. Sebuah informasi yang membuat dunia seolah menghilang. Seketika itu juga Nunu terdiam. Seluruh bagian di tubuhnya seolah berhenti bergerak. Tiada napas, tiada detak jantung, seperti mati.
Perlahan, jemari Nunu mengepal, bergetar, sebelum bibirnya mengeluarkan istighfar berulang yang masih juga tidak mampu meredakan ledakan tsunami amarah yang menerjang jiwanya.
Debar jantung Nunu semakin tidak terkendali sebelum akhirnya pria itu menghantamkan tangan kanannya ke lantai.
Suara keras terdengar.
Sekali.
Dua kali.
Tiga kali.
Nunu merasakan hangat dan perih menyadarkannya dari semua amarah. Sudah berapa lama dirinya tidak merasakan keinginan untuk menghancurkan sesuatu sebesar ini? Nunu memandang punggung tangannya yang memerah dan masih bergetar.
Tidak menunggu waktu lama, Nunu meraih gawainya yang hampir penuh terisi daya. Tanpa peduli waktu, dia langsung menekan panggilan ke sebuah nomor.
Seusai menerima jawaban salam, Nunu langsung meluapkan semua amarahnya. “Saya tidak paham. Kenapa malah saya dituduh membunuh Jaka?!”
“Siapa yang berkata begitu?” Suara di seberang saluran menjawab.
“Saya menemukan bounty di deep web! Nama saya didaftarkan sebagai salah satu anggota Chartreux yang berkhianat dan mengambil tas merah untuk kepentingan saya sendiri!” Nunu berusaha mengatur napasnya yang masih berantakan. Amarah itu masih bercokol dan meledak-ledak. “Adakah penjelasan yang bisa saya terima akan hal ini?”
“Akan saya selidiki. Ada hal yang paling mendesak daripada mencari siapa pelaku yang mengirim bounty itu.” Tidak ada penjelasan yang Nunu harapkan terdengar. “Kamu harus menyerahkan tas merah itu untuk meluruskan semua kekacauan yang terjadi.”
“Masalahnya ternyata….” Nunu menghentikan ucapannya sejenak.
“Ya?”