TITIK BUTA

Shireishou
Chapter #18

BAB 17 - Nyawa yang Terancam

Nunu melompat turun dari ojek. Hampir saja dia lupa mengembalikan helm dari pengemudi ojol yang terlihat panik. Namun, Nunu tidak punya waktu untuk menjelaskan. Dia mengangsurkan helmnya dengan cepat bersama dengan selembar uang lima puluh ribu.

“Kabur, Pak!” seru Nunu pada ojol yang langsung berbalik dan menancap gas motornya dengan kecepatan tinggi. 

Baru saja Nunu bergerak mendekati Pram, pandangan tajam pria itu menangkap kilapan pisau yang menekak leher kemenakannya. Nunu menggeram rendah. Jarak antara dirinya dengan Pram sekitar empat meter. Jarak yang berbahaya jika dia terlalu nekat untuk maju. Hawa dingin itu menerjang sekujur tubuh Nunu seperti angin puting beliung yang memorakporandakan semua akal sehatnya.

“LEPASKAN TIKA!” raungnya.

Tiba-tiba kedua preman itu bergerak menjauhi mobil ketika tampak pria bertato lain keluar dari dalamnya.

“Gue nggak nyangka kalau lo datang tanpa perlu gue panggil lebih dulu!”

Darah Nunu tersirap. Sosok pria bertato dan berambut ikal dengan suara serak itu…. Dia orang yang membunuh Sopian! Sejenak Nunu memejam ketika hawa dingin itu kembali menyusupi setiap nadi di tubuhnya. Ketika dia membuka mata, kepalanya meneleng sedikit saat menekan kebekuan mengerikan yang kini melingkupi tubuhnya. 

“Kau kuberi kesempatan untuk bertobat.” Nunu mengeluarkan kalimat rendah yang terdengar penuh ancaman. “Apa kau benar-benar ingin mati?” 

Mata Nunu menyipit mengamati ekspresi lawan bicaranya yang terlihat sempat terkejut sebelum justru tertawa lebar. 

“Lo pikir gue takut sama ancaman kuli angkut kayak lo?”

Nunu tidak membalas.

“Serahin tas itu! Gue mungkin akan ampuni nyawa keponakan lo!”

Jemari Nunu perlahan melepaskan sling bag di dada dan mengangkatnya ke samping. “Kau mau ini?” Pria itu menelan liurnya perlahan. “Lepaskan Tika dulu.”

“Jangan mau, Bang Bokem! Dia mungkin nipu!” Salah satu anggota yang ada di belakang Pram berseru.

“Lo pikir gue bodoh!” Bokem memaki anak buahnya yang langsung menunduk takut. 

Nunu maju satu langkah. Dirinya masih bisa mengendalikan amarah yang datang. Kobaran api di dada masih mudah dipadamkan. Namun, hawa dingin yang sedari tadi membuat kepalanya membayangkan aneka simulasi yang tidak berakhir baik jauh lebih sulit ditangani. 

Cecunguk-cecunguk di hadapannya berani melukai Pram. Melukai satu-satunya kerabat sedarah yang Nunu miliki. Dan lebih parahnya, merekalah yang telah membunuh Sopian!

Napas Nunu yang tadinya teratur mulai semakin tidak terkontrol. Jemarinya yang menggenggam tas semakin mengerat. Jika tidak dikendalikan, mungkin Bokem benar-benar akan….

Nunu tidak bisa menyelesaikan pikirannya ketika melihat Bokem mengeluarkan pisau besar dari balik punggung dan mengarahkannya ke leher Pram. Gerakan Nunu berhenti. Bokem ternyata bukan lawan biasa. Pria bertato itu benar-benar seorang pembunuh berdarah dingin.

“Siapa lo sebenarnya?” Bokem menarik tubuh Pram ke hadapannya tanpa menyingkirkan pisau dari leher bocah itu. “Hajar dia!”

Nunu bisa melihat dua preman langsung melompat ke arahnya dengan pisau yang terhunus. Tanpa sadar Nunu tersenyum. Bukan senyum penuh kasih, tetapi seringai buas yang menebarkan kengerian bagi lawan tandingnya.

Lihat selengkapnya