--selamat membaca--
Saat Semuanya Masih Sempurna-1
Minggu kedua, Juli, 2019
Pelukan erat disertai kecupan ringan pada punggungnya, membuat Lexi mengerjap. Saat kedua iris gadis itu terbuka, mentari di ufuk timur menyorotnya dari luar jendela. Meskipun begitu, dingin masih ia rasakan karena AC di kamar yang masih menyala.
“Dev... stop...” pinta Lexi pada Aldeva, sang kekasih yang masih menghujani punggungnya dengan kecupan ringan. “Iya, aku bangun.” ucapnya malas.
“Yap, kamu harus cepetan bangun. Mamaku akan segera sampai, dan kamu harus segera bersiap supaya nggak diajak mama bantuin masak.” Aldeva berujar seraya menyibak selimut yang menutupi tubuh polos kekasihnya itu.
Lelaki yang sudah berseragam lengkap itu menelan saliva atas pemandangan yang saat ini tercipta. Tubuh polos gadisnya yang begitu menggoda, membuat Aldeva mengumpat. Diraihnya kaos yang semalam ia pakai, dan menyerahkannya pada Lexi.
“Seragam kamu udah aku keringkan dan udah aku setrika.” Aldeva menunjuk seragam Lexi yang ia gantung di depan lemari pakaian. “Aku tunggu di bawah sambil belajar.” lanjutnya lalu mendaratkan kecupan singkat pada puncak kepala Lexi.
Lexi tersenyum, menatap Aldeva yang kini meninggalkannya dan menghilang di balik pintu kamar. Senyumnya kian merekah saat mengingat kejadian semalam. Dalam hati, Lexi mengucap terima kasih pada Chelsea, pacar kakaknya yang menghilangkan kunci rumahnya, dan hujan deras saat ia dan Aldeva baru setengah jalan menuju rumah Aldeva. Oh, juga pada mama Aldeva yang bekerja lembur semalam.
Satu tahun dua bulan, hubungannya dengan Aldeva berjalan, dan semalam adalah malam terindah yang pernah Lexi lalui. Bahwa akhirnya, ia dan Aldeva melakukan ‘hal itu’. Mungkin hal yang salah, namun Lexi tidak peduli, asal ia melakukannya dengan Aldeva, pacar sekaligus cinta pertamanya.
**
Semuanya berawal dari pertemuan tidak sengaja Aldeva dengan Lexi di rumahnya. Saat itu, ia masih kelas IX SMP, dan Axel—kakaknya adalah guru futsal Aldeva. Keduaya berbincang canggung selagi menunggu Axel bersiap. Lexi tidak menyangkal. Ia jatuh pada rupa tampan Aldeva saat pertama jumpa. Lelaki kurus, tinggi—namun tidak setinggi sang kakak, berkulit putih, dan iris terang yang memancarkan kehangatan itu membuat Lexi tidak bisa berhenti memikirkan Aldeva.
Dibantu sang kakak, Lexi dan Aldeva menjadi dekat. Kian dekat saat keduanya memutuskan untuk melanjutkan SMA di sekolah yang sama. Bahkan, saat itu Aldeva sampai meminta mamanya untuk menemui gurunya agar lelaki itu bisa satu kelas dengan Lexi. Karena memiliki pengaruh yang besar pada sekolah, permintaan mama Aldeva disetujui.
Lexi masih ingat, perasaan bahagia itu ketika pelajaran pertamanya setelah resmi menjadi siswi Cavendish International School, Aldeva dengan segala pesonanya, memasuki kelas dan meminta Eva untuk pindah ke bangku lain karena ia ingin duduk di sebelah Lexi.
Awal Mei, 2018