TITIK KEMBALI

Karla SB
Chapter #7

BAB 7

Pak Joko tidak datang sendiri, ia bersama dengan beberapa orang laki-laki lainnya. Keempat ibu-ibu dibuat panik setengah mati karena kedatangan Pak Joko dan kawan-kawannya.

"Mas Joko dari ruko sebelah, kebetulan ketemu," kata Bu Siti, canggung, seolah memperkenalkan kembali suaminya.

"Sudah kosong pak ruko sebelah?" tanya Bu Atik basa-basi, berusaha bersikap biasa saja.

"Tinggal yang atas bu, di teralis, susah dibuka. Ini lagi tunggu ada yang ambil alat," jawab Pak Joko. Seketika, Ibu Atik dan Ibu Eni membeku.

"Bagi-bagi dong pak, disini sudah hampir kosong," sahut Bu Eni spontan. Otaknya berpikir keras bagaimana menyelamatkan 5 orang yang ada di atas ruko sebelah tersebut. Ibu Dwi dan Ibu Siti memandang kedua sahabatnya dengan pandangan bingung. Buat apa mereka harus ikut menjarah lagi ke ruko sebelah?

"Kan udah dapat mobil bu, ngapain ikut lagi? Udah abis ini pulang saja," jawab Pak Joko, setengah bangga karena istrinya berhasil merampas mobil milik orang-orang etnis Tionghoa.

"Biar penuh pak mobilnya. Sayang mobilnya kalau kosong. Kami mau ikut saja pak," kata Bu Atik membantu rencana Bu Eni. Entah apa itu. Ibu Eni dengan cepat mengangguk, yang dipahami sebagai antusiasme oleh Pak Joko. Dengan senang, suami Bu Siti itu mengangguk-angguk sambil tertawa.

Setelah gerombolan laki-laki pamit untuk merokok di luar, Ibu Siti dan Ibu Dwi segera menghampiri kedua ibu lainnya, yang sekarang terduduk di tangga karena lutut mereka sudah kehilangan tenaga akibat ketegangan barusan. Tanpa perlu ditanya lagi, Ibu Eni langsung memberi jawaban.

"5 orang, ada 5 orang di atas ruko sebelah. Tiffani dan Melli ada di sana," jawab Bu Eni dengan pandangan nanar dan pasrah.

"Gedung sebelah yang mau dibobol sama Mas Joko ta, mbak? Tapi atasnya ... tapi itu ... mau ... itu ...," Ibu Siti kebingungan sendiri dengan kata-katanya, terlebih saat melihat kedua temannya hanya mengangguk lemah, mengiyakan pertanyaannya.

 Ibu Dwi tidak sanggup berkata apa-apa, ia ikut terduduk dan mengganti koyo yang baru menempel 2 jam tapi sudah tidak mampu lagi mengatasi sakit kepalanya saat ini.

Berada di persimpangan ini, keempat ibu-ibu menyadari bahwa mereka harus membuat pilihan yang sulit. Mereka bisa saja memutuskan untuk pergi dan mengabaikan orang-orang yang terjebak di atas ruko, mengabaikan janji yang telah mereka berikan untuk membantu. Tetapi hati nurani mereka tidak bisa mengizinkan itu terjadi.

Mereka tidak mampu membayangkan bagaimana kehidupan mereka nanti jika mereka tahu bahwa mereka meninggalkan orang-orang yang membutuhkan pertolongan. Mereka juga tidak mau menggunakan orang-orang di atas sebagai korban, mengabaikan bahaya yang mungkin mengancam mereka seperti pemerkosaan atau pembunuhan. Mereka juga tidak ingin para laki-laki, termasuk suami Bu Siti, yang sedang menikmati rokoknya menjadi pelaku kejahatan semacam itu.

Lihat selengkapnya