Tidak apa-apa. Saya tahu jasa pengacara tidak murah. Saya akan bayar cash, jadi tolong usahakan pelaku cepat tertangkap dan dihukum,” pinta Bu Nyai Haya. “Putri saya harus melanjutkan hidup. Sangat menyakitkan melihatnya yang dulu berprestasi dan pintar sekarang menjadi seperti itu,” imbuhnya.
Setelah pengasuh pesantren Al-Amin itu menyanggupi persyaratan Zid, semua lantas berpamitan.
Dalam perjalanan kembali ke kantor, Nadiva membawa serta kedongkolan, Hasan membawa banyak pertanyaan di benaknya, sementara Zid tiba-tiba memikirkan santri pindahan bernama Hanifah yang berkali-kali meminta waktu namun tak ada sepatah kata pun yang terucap.
Sesampainya di gedung tiga lantai dengan papan Hakam Law Firm yang bertengger, Hasan mengajak manusia tak terduga bernama Zid untuk bicara di ruangannya, tanpa mengikutsertakan Nadiva. Setelah keduanya duduk tenang dan berhadapan, Hasan mulai mengajukan berbagai pertanyaan.
“Apa-apaan, kamu, Zid?”
Perempuan yang merasa diinterogasi menjawab, “Saya belum pernah meminta bayaran di awal, jadi apa salahnya mengubah alur kerjasama?”
“Situasinya berbeda, Zid. Bu Nyai Haya sedang berduka. Kamu tega meminta bayaran sebanyak itu pada orang tua korban kekerasan seksual padahal itu pun bukan bidang kita?”
“Saya tidak memakan uang itu sendiri, Pak Hasan. Karena bukan bidang kita, jadi saya akan meminta Wardah untuk membantu menanganinya,” jelas Zid enteng.
“Selain meminta bayaran di awal, kamu juga berniat melimpahkan kasus pada pengacara lain tanpa berdiskusi denganku dulu. Aku ini atasanmu, Zi ... d,” geram Hasan.
“Aku lebih tua darimu, Hasan. Aku juga lebih dulu bekerja di sini sebelum kamu datang dari luar negeri. Jangan seenaknya membentakku hanya karena aku pengacara perempuan minim pengalaman litigasi!” seru Zid seraya menajamkan tatapan.
Hasan mengatur ulang napasnya. Ia semakin kesal dan merasa terintimidasi.
“Lagipula kamu tahu, kan, Wardah tidak mau menangani kasus dengan margin rendah? Kamu juga ada di lokasi dan sudah tahu pasti apa yang harus kita lakukan,” imbuh Zid santai.
“Ya, ya. Melimpahkan kasus kepada orang lain sepertinya memang keahlianmu,” kritik Hasan.
“Tidak masalah,” balas Zid datar. “Selagi kasus itu ditangani, semua akan baik-baik saja, kan? Kamu dengar sendiri Bu Nyai Haya mau membayar cash. Beliau dikenal kaya raya. Uang sejumlah itu tidak ada apa-apanya dibanding masa depan tuan putri,” imbuhnya.