Titik Minus

Lulu el Ulum
Chapter #6

Luka Bunga #6

Nadiva mengurungkan tancap gas. Ia mematikan mesin mobil, kemudian beradu pandang dengan Zid. Benak dua perempuan yang berniat menolong itu dipenuhi pertanyaan-pertanyaan.

“Jika kalian memberiku tempat, aku akan menjelaskan,” imbuh perempuan yang Nadiva taksir seusia dengannya. “Kalau ke rumah sakit, saya tidak punya uang.”

“S-sebelumnya … s-siapa namamu?” tanya Nadiva terbata-bata.

“He-Helen,” jawabnya terbata-bata.

“Begini, Helen ….”

Zid menjelaskan pentingnya melaporkan kejadian yang Helen alami ke polisi dan meminta surat pengantar kepolisian untuk visum. Dengan surat pengantar, visum tidak dikenakan biaya. Tanpa surat pengantar, pemeriksaan di rumah sakit hanya akan dianggap sebagai cek kesehatan biasa. Sebelum terjadi penyerangan berkelanjutan, Zid merasa harus memiliki bukti untuk menyeret pelaku menghadapi hukum.

“Apa hukum akan memihak saya?” tanya Helen penuh putus asa.

“Kalaupun tidak memihakmu, minimal kamu sudah memperjuangkannya. Kami akan membantu semampu kami,” tutur Zid. “Sepulang dari rumah sakit, kami akan mencarikan tempat aman untukmu,” imbuh Zid

***

Dan di sinilah sekarang. Di depan kediaman Nyonya Lim. Nadiva menelepon ibunya, memberi kabar bahwa dirinya dan Zid harus melakukan sesuatu sehingga tidak bisa pulang tepat waktu. Sebelum mengajak Helen masuk rumah, Nadiva mengajak Zid menjauh dari Helen untuk berbicara empat mata.

“Kamu yakin mau nitipin Helen ke Mami? Beliau biasanya nggak nerima kedatangan orang asing untuk nginap.”

Zid mengangguk. Ia pun paham. “Tapi situasinya darudat. Helen korban kekerasan dan ada buktinya. Aku yakin, Mami nggak akan tega biarin perempuan sakit luntang-lantung di jalanan.”

Nadiva nampak berpikir. “Kita juga nggak mungkin bawa perempuan itu ke pesantren dengan busananya yang terbuka. Santri-santri pasti akan mikir aneh-aneh,” ucap Nadiva. “Sekarang sudah hampir tengah malam, nggak ada toko pakaian yang buka di sekitar sini,” imbuhnya. Zid mengangguk setuju mendengar rangkaian isi pikiran sahabatnya.

“Kutelepon Mami dulu. Minta persetujuan beliau,” ucap Nadiva. Bersamaan dengan itu, Zid menuntun Helen keluar dari mobil.

Mendapat persetujuan Nyonya Lim, Zid memapah Helen, sementara Nadiva berjalan menenteng tas besar berisi barang-barang milik perempuan yang baru mereka tolong, memasuki halaman depan restoran elegan dengan desain interior minimalis. Nyonya Lim memanfaatkan lantai dasar untuk dijadikan tempat usaha, sementara lantai atas untuk rumah pribadi tempatnya beristirahat.

Lihat selengkapnya