Titik Nadir

Syafaa Dewi
Chapter #12

MEMORI MASA LALU

__________

Mereka sampai di rumah…

“Assalamu’alaikum, Ma…” Sahut Nadin.

Wina keluar dari kamar, “Nadin… NADIN!!!” Teriaknya antusias. “Kemana saja kamu, Nak? Tadi malam tidur di mana? Sudah makan?” Ia begitu khawatir. Tangisnya pun tidak terbendung lagi.

“Alhamdulillah Nadin baik-baik saja, Ma. Nad menginap di rumah teman tadi malam. Nad juga sudah makan di sana.”

Wina mengangguk, “Syukurlah.” Kemudian ia melirik ke arah Dafa dan tidak menggubrisnya sama sekali. “Ayo masuk. Kamu mandi dulu, ya. Mama akan buatkan susu kesukaan kamu.”

Dafa memasuki rumah dengan risau. Ia duduk di sofa sembari menjernihkan pikirannya yang sedang kalut.

Wina menghampiri dan duduk di sofa lainnya dengan segelas susu dan meletakkannya di meja. “Untung saja kamu berhasil membawa Nadin pulang…”

“Bukan Dafa yang membawanya pulang, Ma. Kami tidak sengaja bertemu di depan jalan. Sepertinya Nadin memang ingin pulang.”

“Baguslah. Jangan kau bebankan Nadin begitu banyak. Dia punya pilihan sendiri atas hidupnya. Mama gak mau ya Daf masa lalu terulang lagi.” Wina menatapnya sinis. “Mama tidak tahu apa yang membuatmu begitu berambisi, yang jelas, Mama tidak mau kehilangan anak Mama lagi karena keegoisan kamu!” Bentaknya. Ia pun masuk ke kamar dengan kesal.

Kenapa orang-orang tidak pernah mengerti. Batin Dafa. Jika ada ‘jalan pintas’ untuk mendapatkan banyak uang, kenapa harus bersusah payah mencari jalan lain. Hhaaahh… Dia menghela nafas, memang semua manusia suka sekali mempersulit sesuatu yang sudah mudah. Ck!

Beberapa saat kemudian…

“Mmmm… Mama mana, Kak?” Tanya Nadin yang baru saja selesai mandi.”

“Di kamar.”

“Itu susu punya Nadin?”

“Hmm…”

Nadin kemudian duduk di sofa dan meminum susu yang telah dibuatkan ibunya sedari tadi.

“Ada yang mau Kakak bicarakan, Nad.” Lanjut Dafa.

“Mm? Ngomong saja, Kak.” Kata Nadin sembari meniup susu yang masih panas.

“Kamu memang gak mau jadi PNS? Coba deh kamu pikir-pikir lagi.”

“UHUK UHUK!!!” Nadin tersedak. “Sudah berapa kali kita bicarakan ini? Tidakkah Kakak paham kenapa Nad pergi dari rumah semalam?”

“Iya, Kakak tahu Kakak salah. Kakak juga menyesal. Tapi, Nad, Kakak kan juga ingin kamu menjadi orang yang sukses. Punya pekerjaan bagus, gaji dan bonus yang besar tanpa harus bekerja terlalu berat.”

Lihat selengkapnya