Setelah dirinya diterima oleh perempuan yang dia taksir, hal ini langsung tersiar di Instastory milik Deri. Sudah ada foto selfie mereka berdua dan langsung banyak yang mengucapkan selamat melalui DM. Rasanya saat itu adalah hari yang bahagia yang dijalani oleh Deri. Berbicara lewat telepon selama berjam-jam setiap hari, padahal baru saja mengantar pulang dan mengobrol di mobil. Menghabiskan waktu berdua di tempat makan atau ngopi setiap akhir pekan. Rasanya benar apa yang dikatakan orang-orang kalau sedang pacaran itu dunia hanya dihuni oleh berdua sedangkan yang lain hanya numpang.
Akhir pekan yang biasanya menghabiskan waktu bersama teman-teman, sekarang jadi dihabiskan berdua saja. Deri membelikan Nala berbagai barang kesukaannya, mendengarkan semua perkataannya dan menurutinya. Apa ada yang pernah mengalami hal seperti yang dialami Deri? Hal ini benar-benar terjadi pada Deri, setiap kali dia ditanya kenapa dirinya berubah, baik dari penampilan maupun sikap. Deri selalu menjawab,” Soalnya kata Nala, lebih baik kalau…” atau “Kata Nala bagusnya…” dan masih banyak pernyataan lain yang kurang lebih serupa. Banyak hal yang Deri lakukan semua mengikuti kata Nala. Semua saran Nala adalah benar, tetapi tidak dengan kata-kata dari orang lain.
Tapi hubungan mereka tidak hanya bucin saja, ada juga hal-hal baik. Mereka termasuk pasangan yang lucu kalau dilihat. Deri sangat aktif dan kekanakan ketika berpacaran, sedangkan Nala lebih bersikap tenang. Mereka selalu pergi beribadah bersama dan melakukan pelayanan bersama. Hal lainnya adalah ketika mereka pergi berdua, mereka bisa berebut untuk siapa yang membayar. Karena memang Nala orangnya tidak suka bergantung pada orang lain, ingat kalau dia adalah seorang pengusaha sukses di usia muda. Jadi Nala sendiri lebih suka kalau melakukan atau membeli sesuatu menggunakan uangnya sendiri. Jika melihat ini, Deri bisa dikatakan orang yang paling beruntung di dunia.
Meski bisa dibilang mandiri untuk hal finansial, tapi Nala tetap memiliki sisi sebagai seorang perempuan. Ia senang untuk menghabiskan waktu bersama dengan Deri dan bersikap manja, berjalan sambil bergandeng tangan, duduk bersandar pada Deri dan diam dalam pelukannya. “Badan kak Deri panas,” kalimat yang Nala sering ucapkan ketika sedang bersandar pada Deri, entah karena memang panas atau karena terbawa perasaan sehingga terasa panas.
***
Di Sabtu malam, di suatu mall, terjadi perbincangan di antara teman-teman Deri. Waktu itu ada Eka, Yesi, Fina, Darma dan Siska.
“Deri, sekarang udah jarang dan hampir nggak pernah main sama kita-kita lagi,” ujar Darma.
“Iya, ya. Udah berapa lama dia nggak jalan bareng kita?” sahut Eka.
“Udah sebulan kayaknya, Ka,” tiba-tiba Fina menjawab.
“Ya, kalau orang pacaran memang begitu. Waktu berdua itu lebih utama dan yang lain jadi urusan ke sekian,” kata Eka.
“Jadi sedikit sepi, Ka. Merasa kayak Deri tiba-tiba hilang, padahal biasa main bareng kita,” sahut Darma.
“Namanya teman, itu datang dan pergi. Jadi… ya udah. Deri merasa bahagia kayak gitu,” jawab Eka menghibur Darma.
“Ya, udah. Kita tetap bisa berkegiatan bareng, kok. Jangan bergantung sama satu orang. Yuk, lanjut keliling-keliling. Aku mau liat-liat sepatu,” kata Siska tiba-tiba nimbrung.
“Ya, udah. Yuk, jalan,” timbal Fina mengiyakan pernyataan Siska.
Sementara itu, di tempat lain, Deri dan Nala sedang berdua di sebuah Café. Mereka hanya berduaan saja sambil menikmati makan malam tanpa ada teman-teman yang lain.
“Makanan di sini enak ya,” kata Deri.
“Iya, enak. Dagingnya empuk dan kopinya aku suka,” kata Nala mengiyakan pernyataan Deri.
“Kamu suka banget sama kopi, ya?” Deri bertanya pada Nala, karena ia melihat Nala sering kali meminum berbagai macam kopi.
“Iya, suka banget. Soalnya kopi juga ngebantu pas lagi ada banyak kerjaan, bikin nggak ngantuk,” jawab Nala.
“Oh... begitu,” kata Deri.
“Kalau Kak Deri, aku liat nggak pernah minum kopi. Waktu di coffeeshop Ken juga ordernya matcha latte,” kata Nala.
“Iya, emang aku nggak begitu suka kopi,” jawab Deri,” aku juga nggak begitu suka coklat, jadi selalu order matcha latte.”
“Oh… pernah coba minum kopi?” tanya Nala.
“Pernah dan rasanya pait dan lagi aku punya maag,” jawab Deri.
“Memang bikin berdebar, tapi itu tergantung dari kopinya sendiri. Biar aku yang order kopi buat kak Deri coba. Percaya sama aku,” kata Nala sambil melambaikan tangan pada pelayan.
“Ada yang bisa dibantu, Mbak?” tanya pelayan Cafe.
“Saya mau pesan es kopi susu satu, Mas,” kata Nala pada pelayan itu.
“Baik, ditunggu sebentar,” sahut pelayan itu.
“Es kopi susu?” tanya Deri setelah pelayan berlalu pergi.
“Iya, es kopi susu. Dan kalau es kopi susu itu kadar kopinya tidak terlalu kuat. Kak Deri kan nggak begitu suka karena rasanya pait dan punya maag, kan?” kata Nala.
“Iya, betul. Terus?” Deri lanjut bertanya.
“Nah, es kopi susu di sini itu nggak begitu asam dan karena pake susu, rasanya juga jadi nggak terlalu pahit. Percaya deh sama pilihan aku,” jawab Nala.
“Oke, bakal aku coba,” kata Deri yakin dengan perkataan Nala.
“Eh, iya kak Der,” kata Nala tiba-tiba.
“Kenapa?” Deri merasa heran.
“Kak Deri, nggak kepikiran buat mulai bisnis? Emang udah kerja, tapi bisnis itu penghasilannya bisa lebih besar,” kata Nala.
“Pengen, sih. Tapi masih belum kepikiran mau mulai bisnis apa,” jawab Deri pada Nala.
“Begini, sambil dipikirin mau mulai bisnis apa dan aku juga ikut pikirin. Kak Deri, sebaiknya baca buku ini, aku ada file pdf dan nanti aku e-mail ke kak Deri,” saran Nala mantap.
“Wah... kamu tau nggak, kalau aku tuh beruntung punya pacar kayak kamu. Kamu peduli soal aku dan selalu memberikan saran terbaik,” kata Deri sambil memegang tangan Nala.
“Aku ingin kita maju bareng. Supaya kita juga bisa bareng bukan cuma pas jalan, tapi bisa bareng juga dalam kerjaan. Jadi waktu kita barengan semakin banyak,” kata Nala sambil menatap Deri.
“Iya, aku juga merasa kalau kita ini jarang menghabiskan waktu berdua. Kamu sibuk, aku sibuk. Dan kayaknya memang kalau kita bisa mulai bisnis bareng-bareng, waktu kita berdua jadi semakin banyak,” kata Deri tanda setuju dengan pernyataan dan ide Nala.
“Dibaca filenya, ya,” kata Nala sambil tersenyum.
“Oke, pasti dibaca kok,” jawab Deri.
Mereka pun melanjutkan makan malam ketika itu. Deri mencoba es kopi susu yang dipesan oleh Nala dan rasanya memang tidak terlalu pahit. Sepertinya ini bisa jadi minuman kesukaanku dan Nala pun menyukainya, ujar Deri dalam hati. Sambil berbincang-bincang, tak terasa sudah semakin malam. Deri mengantar pulang Nala ke rumahnya.
“Makasih, ya buat malam ini,” kata Deri sambil mengantar Nala ke depan pintu.