“Buat yang mau ikut, bisa daftar dulu sama perwakilan kelas ya, terus serahkan ke kakak namanya. Kelas ini siapa yang bisa jadi perwakilan?”
Itu adalah kak Irsyad, dia sedang membagikan brosur klub fotografi. Sebenarnya Rayna sangat ingin ikut, tapi ibunya pasti tidak mengizinkan.
Tanpa aba – aba, Daliya langsung mengangkat tangan Rayna. Pandangan seisi kelas langsung tertuju padanya. Terutama Irsyad, ia tampak sedikit melengkungkan bibirnya.
“kamu? Nama kamu Rayna kan?”
Rayna hanya mengangguk kaku.
“Oke, bisa daftar sama Rayna dulu ya semuanya. Rayna, nanti kalo sudah, kamu kasih namanya ke saya ya?”
“Eh... iya... iya kak” jawab Rayna dengan penuh kebingungan
“Yaudah ya semuanya, selamat siang” lelaki itu melangkah pergi meninggalkan kelas.
Rayna sangat kesal sekarang, wajahnya merah matanya membesar menatap temannya itu.
“Apa – apaan sih lo, main angkat tangan orang aja” Rayna sedikit menaikkan suaranya
“Besar amat suara lo. Udah lo ikut aja, kan lo juga paling suka fotografi” Daliya memamerkan gigi rapatnya
“Iya. Tapi kan lo tau Dal, ibu gue. Dia pasti gak bakal kasih gue izin, terus sekarang gimana coba?”
“Ya lo jangan bilang ini kegiatan fotografi lah, lo bilang kegiatan apa gitu kek, bohong sesekali gak papa kali. Buat diri lo bebas sedikit Ray. Lakuin yang lo mau”
“Tapi lo juga harus ikut ya kegiatan ini!”
“Eh, kok jadi bawa – bawa gue. Gue liat entar deh, gak janji, kalo gue ikut terus jadi nyamuk mah, gue gak mau”
“Nyamuk apaan sih Dal?”
“Ni orang gak peka banget. Gue angkat tangan lo itu biar lo bisa dekat sama kak Irsyad. Sampai disini paham?” Daliya bicara sedikit membisik
“Aneh lo”
“Kok aneh. Menurut gue ni ya lo itu cocok juga sama dia, hobi kalian aja sama”
“Hobi sama kan belum tentu cocok Dal. Kalo begitu, kayaknya lo juga cocok deh sama Iwan, soalnya kalian sama – sama bawel”
Iwan adalah sosok orang yang paling bawel di kelas itu, meski pun cowok, itu tidak mengurangi kebawelannya.
“Enak aja lo. Udah ya... gue gak mau tau, lo harus tetap ikut meskipun nanti gue gak ikut”
“Pemaksaan deh lo”
Gadis itu merasa aneh dengan sahabatnya, biasanya Daliya adalah orang yang paling gak ngebolehin kalo sahabat – sahabatnya dekat sama cowok. Karena kata dia, dia takut kalo entar jadinya dia dicuekin. Tapi kali ini malah dia yang paling semangat.
🍃🍃🍃
“Kak Irsyad” panggil Rayna seraya menghampiri Irsyad
“Eh... Rayna. Sudah terkumpul semua datanya yang mau ikut?”
“ini datanya kak” Rayna menyerahkan data mahasiswa yang akan ikut
Irsyad membaca dengan seksama daftar nama itu. Dia mengangkat wajahnya memperhatikan Rayna sambil mengerutkan keningnya.
“Kenapa kak? Ada yang salah? Perasaan udah benar kok”
“Kamu gak ikut?” lelaki itu masih menatap Rayna
“enggak kak, aku enggak ikut”
“Loh... kenapa? Seru loh, kemarin kakak liat kamu semangat banget angkat tangan, kirain kamu bakal ikut” terdengar seperti ada kekecewaan
“Itu kemarin sebenarnya karena temen aku kak”
“Yaudah, pokonya kakak tetap mau kamu ikut. Dan kakak udah catat nama kamu” benar saja lelaki itu telah menulis namanya
“Tapi kak... aku harus izin dulu sama ibu”
“Yaudah sini Hp kamu” ucapnya seraya menadahkan tangannya
“Untuk apa kak?” lelaki itu mengambil Hp yang ada di genggaman nya, dan langsung mencatat nomor HP-nya. Sepertinya itu memang kebiasaan dia, ambil barang langsung yang ada ditangan Rayna.
“Itu nomor Hp kakak, kalo diizinkan atau enggak kabari kakak ya. Kakak yakin bakal diizinkan sih. Yaudah ya kakak ke sana dulu assalamualaikum” ia menyerahkan Hp itu kembali ke pemiliknya, dan berjalan meninggalkan Rayna.
“wa’ alaikumsalam. Kebiasaan banget langsung ambil aja" ucap Rayna setelah Irsyad menjauh
Bagaimana bisa lelaki itu sangat yakin ibunya akan mengizinkan. Rayna sendiri sudah sangat yakin kalau ibunya tidak akan memberi nya izin. ‘Apa aku pakai saran Daliya tadi aja ya? Tapi takut dosa'
🍃🍃🍃
Malam ini Rayna berencana meminta izin pada ibunya. Kakinya tampak ragu menghampiri sang ibu yang sedang menonton TV. Ia memberanikan dirinya untuk mendekat dan duduk di samping ibunya .
“nonton apa Bu?” tanya Rayna basa basi
“Ini berita, serem banget Ray. Masa ibu tega teganya bunuh anaknya sendiri, gak punya hati banget” ucapnya tanpa melihat kearah anaknya, pandangannya masih terus serius memperhatikan layar TV.
‘Aduh, kalo entar nasib gue kaya anak itu juga gimana ya? Enggak ah, gak mungkin ibu gue setega itu’ Rayna membatin dalam hati, jantungnya berdegup makin cepat.
“Bu... ada yang mau Rayna omongin” ucap Rayna sedikit menunduk, iya merasa ragu. Bagaimana jika nanti ibunya marah dan malah membuat sang ibu murka, ia tidak ingin bernasib sama dengan yang ada di TV.
“kenapa Ray, ada apa?” tanya sang ibu sambil menatap sang anak
“Rayna boleh ikut kegiatan di kampus gak Bu?”
“Kegiatan apa itu?” wanita itu menaikkan satu alisnya, menunggu jawaban dari putrinya
Rayna bingung, kegiatan apa yang harus ia jawab. Ia memikirkan, apakah ia harus berbohong saja agar ia tidak bernasib seperti di berita tadi.
“Kok malah diam sih? Kegiatan apa?”
Drrrt...