TITIK PEMBERHENTIAN

Blogky
Chapter #4

4. Lelaki dingin

Hari terus berganti, minggu berganti minggu, bulan pun terus berganti. Tak terasa tahun ini adalah tahun terakhir untuk Irsyad. Rayna pun tak pernah lagi bertemu dengannya, wajar saja di saat seperti ini adalah waktu tersibuk untuk mahasiswa tingkat akhir sepertinya.

“Ray, kok lo gue liat gak pernah lagi ada kegiatan klub fotografi?”

“Masih kok, memang lagi jarang ada pertemuan aja. Kan rata – rata pengurusnya kakak tingkat akhir. Lagi sibuk – sibuknya” jawab Rayna santai

“Iya juga sih” Daliya mengangguk anggukkan kepalanya

“Tumben tanya? kalo lo udah ke pikiran buat gabung. Daftar sendiri sana” 

“Belum ke pikiran juga gue, kan biasanya lo selalu tinggalin gue. Dan akhir – akhir ini gue perhatiin lo jadi sering sama gue, makanya gue tanya” bela Daliya

“oh... Jadi lo udah mulai bosan nih ceritanya sama gue mulu? Oke, gue balik duluan ya kalo gitu. capek gue” Gadis itu melambaikan tangan, dan pergi begitu saja meninggalkan kelas.

“Eh... bukan begitu Ray, woy!” panggilan Daliya pun sudah tak ia hiraukan

Bukan hanya sekali ini mereka begini, bahkan mereka juga sangat sering bertengkar karena suatu hal yang tidak jelas. Dan anehnya mereka juga dengan sangat mudahnya bisa kembali berbaikan tanpa diawali dengan minta maaf. Sebenarnya ini bukanlah bertengkar, hanya perdebatan panjang yang tak pernah singgah ke hati mereka masing - masing, sehingga mereka bisa dengan mudahnya kembali berbaikan.

Bukankah, semua kalau tidak melibatkan hati akan baik - baik saja? Ya begitulah, tapi hati akan selalu ikut terlibat.

🍃🍃🍃

Setelah dirumah, Rayna merasa bosan sendiri. Hanya berguling – guling di kasur, mengusap usap layar ponselnya, ia tak ada kegiatan sama sekali. Gadis itu melangkah menghampiri beberapa buku yang ada di atas meja. Dibacanya judul buku itu satu persatu, namun semua buku sudah ia baca, bahkan ada yang sudah berulang kali dibacanya. 

“Ke toko Syafia aja deh... sekalian baca buku gratis” gumamnya, gadis itu bersiap, dan sebelum pergi tentunya ia harus meminta izin kepada ibunya dahulu.  

“Bu, Rayna izin mau ke toko buku, sekalian mau ketemu Syafia ya”

“Syafia jadi kerja di toko buku ya?”

“Iya Bu”

“Ya sudah, kamu hati - hati di jalan. Ini kunci motornya. Eits...ingat ya jangan beli novel banyak - banyak”

“Oke Bu, assalamualaikum

Gadis itu mengambil kunci motor, dan meraih tangan sang ibu dan menciumnya.

Wa’ alaikumsalam

Gadis itu menyusuri jalanan kota yang ramai, menyusuri tiap tikungannya, sesekali hanya bersenandung kecil. Rayna melihat begitu banyak kejadian di jalanan, seperti anak - anak yang sedang mengamen, pedagang kaki lima, polisi yang mengatur lalu lintas, lampu merah, dan tentunya macet.

Saat sedang menunggu lampu merah berganti hijau, Rayna melihat sekeliling. Dan tak jauh dari tempatnya berhenti, ia seperti mengenali seseorang. Ia merapikan letak kaca matanya dan sedikit menyipitkan matanya. Dan ya, dia mengenali orang itu. 

Seseorang yang dari dulu tak pernah bisa benar - benar ia kenali. Rayna hanyalah sebatas pengagum, dan karena kekagumannya Rayna sampai berani memutuskan untuk berubah drastis seperti sekarang. Meskipun tujuannya sekarang berubah sudah lah berubah

🍃🍃🍃

Tringg...

Tangan putih Rayna mendorong pintu toko, yang menyebabkan lonceng di atas pintu berbunyi. Ia melangkahkan kakinya memasuki toko, Pegawai toko menyambutnya ramah. Rayna tersenyum ramah pada pegawai toko.

Rayna menghirup nafas dalam – dalam, seraya memejamkan matanya sesaat. Rayna sangat senang tiap kali berkunjung ke toko buku ataupun perpustakaan. Ia sangat menyukai aroma buku. Baginya aroma buku sangat menenangkan, suasananya yang tenang, juga alunan musik tenang yang tak begitu keras. 

Rayna menyusuri tiap lorong rak buku, pandangannya ke kanan dan ke kiri, mencari keberadaan Syafia. Setelah mengetahui keberadaan Syafia yang tampak fokus sedang merapikan tumpukan buku dipojokkan. Rayna menghampirinya dengan melangkah secara perlahan, dengan ide jail dikepalanya.

“Ini kok enggak rapi sih susun bukunya” ucap Rayna dengan suara yang sedikit ia ubah

“Maaf buk, ini lagi saya bereskan” jawab gadis itu dengan cepat merapikan tumpukan buku yang ada di hadapannya, sambil terus menunduk, tanpa melihat dengan siapa sekarang ia bicara.

“Kamu gak bisa kerja ya?”

“Maaf buk” gadis itu perlahan mengangkat wajahnya. Dan ekspresi wajahnya seketika langsung berubah, ia langsung memanyunkan bibirnya.

Lihat selengkapnya