TITIK PEMBERHENTIAN

Blogky
Chapter #11

11. Berpacu dengan waktu

Hari minggu adalah waktunya untuk bersenang - senang bagi Rayna, melakukan semua yang ia sukai. Apalagi kalo bukan fotografi, tentunya kali ini Rayna sudah mengantongi izin dari sang ibu. Bahkan kameranya pun sudah kembali ketangannya.

Seolah kebebasan sudah ada digenggaman. Namun, nyatanya tidaklah demikian. Masih ada serangkaian aturan dari ibu yang sedang menunggunya.

Jodoh, bukankah itu sudah diatur oleh yang maha kuasa? Rayna yakin, jodoh akan datang disaat yang tepat, pada waktu yang tepat. Seharusnya, tak perlu khawatir lagi akan hal itu. Namun, ibunya tak sepemikiran dengannya. 

🍃🍃🍃

“Ray, gimana sama kerjaan kamu?” Rayna menahan sendok yang berisi makanan untuk masuk ke mulutnya, dan menjawab pertanyaan ibunya

“Lancar kok Bu, enak juga”

“Orang – orangnya gimana di sana?” kali ini giliran ayahnya yang bertanya

“Untungnya mereka baik – baik yah, walcome juga, kerjanya juga asik"

“Tapi gak ada yang usil kan?” Rayna mengerutkan keningnya dan sedikit tersenyum dengan pertanyaan ibunya. Karena, itu adalah pertanyaan yang sering kali ibunya tanyakan semasa Rayna masih bersekolah dulu.

“Ya enggak dong Bu, usil gimana coba? Kan udah kerja, udah dewasa, masa masih pada usil. Udah enggak lagi dong Bu”

“Iya ni ibu ada - ada aja, kan udah pada dewasa, udah gak jamannya lagi usil - usilan Bu”

“Kalo itu mah ibu pun tau. Bukan itu maksud ibu. Maksudnya tu yang mencoba ngedekati kamu gitu, tapi gak niat buat serius cuma main - main doang, ada gak yang kayak gitu?” sontak ayah dan Rayna tersedak karena ucapan ibu.

“Ih... kok malah kompakkan kalian kesedak nya. Gak salah dong ibu tanya gitu. Ada gak? Kalo ada laki - laki yang cuma modusin kamu, lapor aja ke ayah”

“Lah, Rayna kira lapor ke ibu”

“Gak usah, laki - laki itu urusan ayah kamu”

“Kamu boleh kok berteman sama siapa aja, tapi kamu juga harus ingat. Jaga diri kamu baik – baik!. Jangan mudah terbujuk rayu”

Rayna mengacungkan kedua jempolnya pada sang ayah.

Rayna terkadang suka gak abis pikir sama apa yang ada di pikiran ibunya, yang tiba - tiba bisa menanyakan hal itu. Bahkan selama ini ada beberapa dari anak temennya yang dikenalkan, tapi mereka juga hanya berniat main - main saja. Tapi sekarang disuruh jauh - jauh dari lelaki macam itu.

“Tapi kalo yang pasti ada kok, anak temen ibu. Gimana? Kamu mau gak?”

“Ibu!... Ibu gak ingat yang selama ini ibu kenali ke aku itu pada gimana semua? gak ada yang serius Bu.”

“Itu masih awal Ray, yang paling oke masih ibu simpan”

“Dikira barang, disimpan?”

“Terus kamu sendiri gimana? Udah ketemu sama yang serius?”

Lihat selengkapnya