Terkadang yang dicari tak kelihatan sebab kurang teliti, terkadang yang dicari sudah dapat namun tak sesuai dengan kehendak hati, terkadang yang dicari sudah ketemu tapi tiba - tiba hilang timbul bagai pasang surutnya ombak di lautan.
Sebaiknya jika sudah dapat, sujud syukur dan dijalani. Atas kehendaknya semua bisa terjadi di luar kendali, yang dicari sudah bertemu namun tak sesuai kehendak hati, mungkin itu adalah jalan takdir yang harus dijalani. Sabarlah, karena tiap kejadian pasti ada hikmahnya, syukurilah maka Allah akan menambah nikmatnya. Saat raga berlawanan dengan hati, maka yang diucap akan beda dengan fakta yang belum terucap sama sekali.
Di dalam kamar Rayna termenung, memikirkan nasibnya esok hari. Hari dari akhir semuanya, akhir keresahan hati para orang tua, batas waktu yang telah ditentukan. Kalau kalian berpikir ‘kenapa gak bawa Dika aja untuk bertemu orang tuanya?’
Keraguan masih menyelimuti hati Rayna yang sebenarnya hal itu tidaklah perlu untuk ia ragukan. Ia sendiri sudah tau kalau perasaan nyaman yang ada saat bersama Dika hanyalah sebatas rasa pertemanan yang tak mungkin untuk melangkah ke jenjang yang lebih dalam.
Sebenarnya bisa saja jika Rayna membawa Dika untuk dikenalkan kepada keluarganya, toh Dika juga sudah memiliki niat untuk melamarnya. Tapi itu urung ia lakukan, ia tak ingin seolah memberikan harapan kepada Dika, padahal kenyataannya ia tak memiliki perasaan lebih kepada Dika. Rasanya terlalu egois jika Rayna hanya mementingkan nasibnya tanpa memikirkan apa yang akan terjadi pada Dika.
🍃🍃🍃
Hari ini Rayna memutuskan untuk pergi bekerja lebih cepat. Bahkan sebelum kedua orang tuanya bangun ia sudah bersiap, untuk sekarang Rayna merasa menghindar beberapa jam adalah hal yang harus ia lakukan. Paling tidak ia masih ada kesempatan untuk berpikir.
Rayna melangkah kan kaki perlahan tanpa suara, seolah ia seperti seorang pencuri yang mencuri di dalam rumahnya sendiri, namun saat ia melangkah pergi, terdengar ada suara yang memanggilnya.
“Ray... kamu kok cepat banget perginya?”
Perempuan itu langsung menghentikan tindakannya, berpura pura tak ada sesuatu hal yang salah.
“Ha...? itu yah, Bu, ada urusan mendadak yang harus cepat diselesaikan hari ini juga. Yang lain pada berangkat cepat juga kok, gak cuma aku.” kelaknya
“Kamu gak sarapan dulu?”
“Gak usah Bu, nanti aja dikantor. Rayna pergi dulu ya Bu, yah. Assalamualaikum”
“Wa’ alaikumsalam” ayah dan ibunya hanya saling melihat satu sama lain, menyadari apa yang sebenarnya terjadi.
“Sepertinya dia mencoba menghindar”
“Iya, nanti aja sepulang dia kerja kita beri tau”
🍃🍃🍃
Sepulang kerja, semua hal yang tidak diinginkan Rayna pun beneran terjadi. Sebuah pembahasan yang sangat sensitif sebenarnya oleh Rayna. Namun, bagaimana pun Rayna mengelak, hal itu akan tetap terjadi.
“kamu udah ibu jodohkan sama salah satu anak temen ibu, kamu gak bisa terus mengelak kaya gini” ucapan sang ibu yang terusan terngiang dikepala Rayna, membuat malamnya tak bisa tenang, justru malam ini terasa sangat ramai, tentunya itu semua penuh ada di kepala Rayna.
Ditambah lagi hal yang lebih membuatnya bingung adalah sosok yang hadir di hadapannya, sosok yang sudah lama mulai ia relakan ke tidak hadiran nya, namun kali ini ia kembali hadir. Hadir membawa sejuta pertanyaan tanpa ada jawaban.
Pikiran Rayna pun seolah kembali memutar semua kenangan - kenangan bersama dimasa lalu, yang kemudian berhenti pada memori perpisahan tanpa tatap, hanya melalui surat dan sebuket bunga.
Bahkan isi dari surat itu juga terputar dalam pikirannya, sebuah kenyataan yang mengabarkan sebuah pesan tak terduga, sebuah pesan yang pada akhirnya membuat Rayna kembali merasakan sebuah perasaan terluka. Kabar pertunangan Irsyad dengan wanita pilihannya, yang itu artinya Rayna tak akan mungkin bisa memilikinya.
Dimalam itu Rayna sampai tertidur hampir waktu subuh, pikirannya sama sekali tak bisa tenang. Ia terus saja memikirkan tentang kedatangan lelaki itu hingga akhirnya ia tertidur dengan sendirinya.
🍃🍃🍃
Di pagi hari Rayna terbangun masih dengan pikiran yang belum tenang, ia menarik nafas dalam membuang semua beban pikiran berharap semua hanya lah mimpi.
Tanpa mencuci muka terlebih dahulu Rayna keluar kamar dan langsung berjalan menghampiri ibunya di dapur. Namun, sebelum ia sampai di dapur ia melihat punggung seseorang yang sedang duduk di sofa bersama ayahnya.
“Diminum dulu nak tehnya, maaf lo ya Rayna kalo hari libur gini suka susah dibanguni” Rayna tau betul itu adalah suara ayahnya, namun Rayna langsung kaget ketika mendekar suara yang menjawab
“Iya om, gak papa kok. Salah aku juga gak ngasih kabar dulu” jawabnya
Sontak Rayna langsung berbalik badan untuk kembali ke kamar, namun tanpa sadar ia menabrak hiasan dipinggir pintu berbentuk keong yang menyebabkan suara nyaring, yang tentunya membuat dua orang yang sedang mengobrol itu melihat ke arahnya.
Pandangan Rayna dan Irsyad pun bertemu, membuat Rayna kik kuk sendiri dan langsung berlari ke kamar tanpa mengucapkan apa pun.
“Kok dia udah disini aja sih? Gue lagi mimpi ya? Aduh, ada belek gak ya?” Rayna langsung berlari ke depan cermin melihat wujudnya yang berantakan. Gadis itu membulatkan mulutnya sempurna.
“Oh My God... mampus banget gue. Begini banget tampang gue YaAllah” Rayna langsung masuk dalam kamar mandi nya. Di tengah aktivitasnya membersihkan diri, terdengar ada yang masuk ke kamarnya.