Titik Tak Dapat Balik

astreilla
Chapter #5

/5/

Narasumber ketiga adalah duo arsitek-mekanik yang merancang Altrima pertama kali dan menjadikannya nyata. Dari segi umur mereka jelas lebih tua dari Altrima. Lebih tua dari Philippa dan lebih muda dari Bu Mona. Malahan, semua narasumber lain memang lebih tua dari Philippa.

Namun dari segi penampilan, mereka yang paling tua. Duo mekanik ini berumur panjang berkat diet sehat dan pil-pil kesehatan mereka. Ketika antibodi Philippa ditemukan, duo ini sudah berbaring menunggu ajal saja. Singkatnya, mereka mejadi muda kembali berkat antibodi tersebut, namun tidak seberapa.

Willey dan Willem nama mereka adalah kembar jenius yang mekar di tengah krisis. Saat mereka merancang Altrima—planet buatan yang mengorbit di sekitar Bumi—perang sipil baru akan pecah dan sumber daya di Bumi sudah hampir dikeruk habis-habisan. Proyek Altrima seperti mimpi setinggi langit. Mana mungkin berhasil, begitu kata semua orang.

Maka kisah Willey dan Willem ini terhubung ke narasumber keempat, yaitu Jenderal Guntur. Jenderal Guntur adalah bangsawan tertinggi dari sisa peradaban monarki yang lari ke militer dan berhasil memanjat sampai pangkat tertinggi. Sebenarnya ia adalah orang yang takut dengan darah dan segala kengerian perang. Jadi ketika tahu perang sipil akan meletus, Jenderal Guntur panik mencari alternatif lain.

Pencarian putus asanya mengarahkan dia kepada kembar yang sama putus asa. Bersama-sama mereka menjadi lebih kuat dan menyebarkan keputusasaan ke seluruh dunia. Cerita yang sangat menginspirasi.

Willem tertawa-tawa begitu Salya mengulang bagian tersebut. “Menyebarkan keputusasaan ke seluruh dunia, astaga. Setelah kau bilang begitu, sepertinya memang itu yang kami lakukan.”

“Kami menyebarkan propaganda bahwa perang sipil tak ada artinya. Yang masyarakat inginkan adalah keadilan dan sumber daya yang dimonopoli pemerintah, padahal nyatanya pemerintah sudah tak punya keadilan, apalagi sumber daya. Semuanya sudah habis. Walau pihak masyarakat menang dalam perang itu, mereka tak mendapat apa-apa. Sebaliknya, Altrima punya solusi untuk segalanya,” Willey menimpali. “Jenderal Guntur memang hebat. Dia penakut, tapi kemampuan memimpinnya tak ada dua. Walau pada akhirnya kualitas dia yang terbaik bukan itu, melainkan moralnya yang tak pernah ternoda. Entah kenapa dia selalu murni.”

“Aku bahkan berpikir untuk melakukan segalanya agar para petinggi mau menyetujui Altrima. Meski itu hal kotor sekalipun. Namun Jenderal Guntur dengan ide-idenya berhasil mencapai apa yang tidak berhasil kita capai—dengan cara yang terbaik pula,” Willem mengakui dengan kekaguman.

Salya menoleh ke sana kemari, “Tapi bukankah Jenderal Guntur tinggal bersama kalian di sini? Padahal aku sudah dapat konfirmasi bahwa dia bisa terima tamu.”

Willey dan Willem berubah pucat pasi, “Itu masalahnya. Jenderal Guntur dan istrinya sudah lama ingin anak dan sebulan lalu ia tiba-tiba mengadopsi.”

“Bukankah itu berita bagus? Seharusnya dia bilang. Kenapa muka kalian seperti itu?”

“Anak itu mirip iblis kecil. Tadi dia nangis meraung-raung dan tidak mau diam kalau tidak dengan ayahnya. Makanya Jenderal Guntur tak bisa menemui kalian. Ia harus meninabobokan anaknya sampai dua jam ke depan.” Willem mengelus dada.

Salya tertawa, “Kalau begitu, titip salam saja untuk dia dan anaknya. Aku akan berkunjung lain kali.”

Lihat selengkapnya