Salya dan Hain kembali ke rumah persinggahan. Tidak ada orang di sana, dan entah bagaimana atmosfir antara mereka sudah berbeda jauh dengan saat mereka pergi tadi pagi.
Terseyum satu sama lain setiap pandangan mereka bertemu, dan bersambut tangan setiap kali dekat. Dunia secara keseluruhan masih sama, yang berubah hanya mereka berdua.
Untuk acara pembukaan pada pukul sembilan malam, Salya akan memberikan sambutan tidak langsung (sudah direkam sebelumnya). Meski berangkat bersama-sama seolah akan berkencan, dengan busana terbaik dan lain-lain, begitu sampai di Sky Dome mereka berpisah. Salya kembali bersama orang-orang kantornya, menyambut tamu yang datang dan Hain bergabung bersama timnya untuk pengawasan menyeluruh.
Dengan ujung pangkal masalah yang mulai terlihat cara penyelesaiannya, hati Salya mulai terasa ringan saat ia berinteraksi dengan banyak orang, dan rasa kesedihan akan kehilangan banyak dalam waktu singkat perlahan-lahan menyusup kembali.
Setiap melihat wanita bersetelan jas resmi yang berdiri di samping setiap tamu yang hadir, ia merindukan Karin yang selalu menjadi pilar pendukung di sebelahnya. Bahkan saat semua orang memberi selamat akan kesuksesan pembukaan acara, tak ada satu pun dari mereka yang menyadari Karin menghilang, atau tinggi badannya yang bertambah sepuluh senti.
Yang orang-orang tanyakan masihlah kabar ayahnya, perihal narasumber penting yang akan hadir pada malam puncak, bahan gaun krem longgarnya, atau flatshoes yang ia pakai.
Satu-satunya yang membuat ia terhibur adalah sekelebat penampakan Hain di sudut sana-sini, di mana mereka akan bertukar senyum menggelikan, lalu berpaling. Yang mengherankan, posisi Hain tidak pernah dekat dengan Salya dan memungkinkan untuk interaksi singkat. Rasanya sangat kesepian saat tak ada yang bisa di ajak bicara sungguhan.
Saat ia mundur ke meja prasmanan dan mengambil sepotong kue keju, sosok familiar bertemu mata dengannya dan melambaikan tangan. Dia adalah wanita yang mengenakan setelan jas hijau zamrud dengan bros penanda berbentuk tanaman yang tak diketahui apa namanya.
“Nona Salya,” sapanya begitu jarak mereka sudah dekat. Ia adalah asisten Philippa.
“Nona ... ?”
“Ah, saya belum pernah memperkenalkan diri ya. Nama saya Tiare. Malam ini tuan Philippa membebaskan saya dari tugas dan menyuruh saya mengamati pesta dan memberi laporan padanya.”
“Seberapa takutnya sih beliau sama pesta? Dan lagi, namanya kau diberi tugas lain, bukan bebas tugas.”
“Mungkin benar begitu, tapi tak apalah. Di mana penjaga Anda?”
“Dia sedang menjaga semua orang saat ini,”
Tiare tertawa, “Anda sangat dermawan rupanya.”