Titik tanpa koma

MiHizky
Chapter #3

2. Beri sedikit waktu

“Kuingin mengurai simpul yang membelenggu hidupmu, biarkan aku mengobati sedikit lara dalam bait kata.”

“Jamil!”

“Iya, gue ke kantor dulu. Dipanggil Pak Wepi.” 

Lipatan di kening Aeera bertambah parah kala Jamilo meninggalkannya karena ada urusan lain. Ia celingukan dengan bola mata bergerak liar sambil menggigit jari-jarinya. Sudah kebiasaan Aeera kalu sedang berpikir.

Suasana kelas semakin sepi karena murid-murid mulai meninggalkan kelas. Bel pulang sudah berbunyi lima menit lalu. Hanya ada segelintir anak di saja, dirinya, Fafa dan makhluk papan di depannya.

Aeera mencebik melihat pemandangan di seberang meja. Belum mau menyerah, ia merengek pada Fafa yang bersiap keluar kelas. “Fa! Temenin gue ya-ya,” rayu Aeera mengerjapkan bola mata. Demi menarik belas kasih dari temannya. Berharap supaya bisa keluar dari situasi sekarang.

“Nggak bisa, Ae. Gue ada bimbel abis ini.” 

“Cih.” Aeera memberenggut melepaskan pegangan pada lengan Fafa, “bimbel nggak bikin lo pinter juga.”

“Duh, kok lo bener sih,” kata Fafa malah membenarkan sambil meringis. Pasalnya, siswi itu memang belajar terpaksa, demi memenuhi tuntutan orang tuannya yang ingin Fafa sedikit pintar. Walau sejauh ini belum terlihat signifikan hasil dari yang katanya bimbel. 

Jika dibandingkan sebelas dua belas penilaian untuk keduanya. Otak mereka termasuk pada level bawah, dan perlu merangkak tertatih jika ingin masuk sepuluh besar. Lupakan perkara peringkat, asal naik kelas saja sudah cukup bagi murid-murid seperti itu. 

 

“Wah—aduh,duh! Perut gue ….”

Aeera tiba-tiba meringik mirip kuda balap, demi mencari jalan keluar. Suaranya yang berisik mengundang makhluk di depannya untuk menoleh. Sudut bibir Aeera menyeringai, merasa usahanya akan berhasil. Sementara Fafa menatap cewek itu datar, sudah tidak heran dengan akting kacangan Aeera. Itu terlihat seperti kamu mempermalukan diri sendiri! Gadis itu memang bodoh atau bagaimana, kenapa tidak pernah belajar dari pengalaman?

“Gue duluan, Ae.”

“Tunggu! Gue ikut, Fa,” tahan Aeera lalu bangkit dan berniat kabur.

Namun, ia langsung kicep kala netra tajam Naresh menyorot padanya. 

“Gg-ue sakit perut, Res.”

Cowok itu belum menjawab. Cuma memasang wajah datar, dan tak lama membalik badan sempurna menghadap ke bangku belakang sambil berucap, “Kalo mau balik nggak papa. Tapi nama lo nggak gue cantumin di makalah kita.”

“Gue ‘kan sakit perut, Re.”

“Nggak sekalian amnesia lo,” sindir Naresh tak percaya.

Tentu saja, ketua songong itu berpikir rasional. Sebab, dari tadi Aeera cekikikan selama jam kosong berlangsung. Lalu sekarang mengatakan sakit. Sungguh tidak masuk akal. Apa dia sakit perut karena terlalu banyak ketawa. Naresh tidak pernah paham akan kelakuan gadis itu. Sedikit pun.

Desah napas panjang mengiringi kepergian Fafa yang melesat pulang, sedang dirinya pasrah tak berselera melakukan trik-trik murahan lain. Lantaran tak berkutik oleh ancaman Naresh. Itu bukan sekadar gertakan belaka. Siswa berpredikat terbaik seperti Naresh tidak pernah main-main dengan ucapannya. Cowok tersebut bisa melakukan apa saja sesuai kehendaknya, ini yang membuat Aeera tak suka.

Kesialan berada dalam satu kelompok bersama Naresh. Menurutnya adalah kesengsaraan. Berbeda dengan dua murid kegatelan yang memang bersujud syukur karena mendapatkan bintang kelas seperti Naresh. 

Mereka sungguh buta!

Sepertinya memang Aeera sedang dikutuk hari ini. Ia masih sebal bukan karena harus pulang 

lebih sore dari jadwal sekolah biasanya. Ada sesuatu yang semestinya Aeera jaga, kalau begini 

tinggal tunggu bumi bergetar ketika sampai di rumah. 

“Lo mau diem sampe kapan, cepet searching bahan-bahan buat materi kita. Abis itu lo resume poin-poin pentingnya,” suruh Naresh tertuju pada Aeera di seberang meja. 

“Kalian berdua cari di buku paket ini, dan sebagian di buku ini. Gue udah minjem buku di perpus tadi.”

“Hp gue lemot, Res. Nggak bisa buka google. Gue nggak ada kuota. Gue nggak bis—“

“Pake ini.” 

Sebuah laptop mini di sodorkannya ke hadapan Aeera hingga membuat cewek berkucir itu mingkem, tidak bisa beralasan lagi. “Laptop gue udah gue scan, dan nggak lemot. Lo bisa buka google dan mulai searching. Terus gue udah sambungin hotspot pake kuota gue. Adalagi yang mau lo omongin?”

Lihat selengkapnya