Jalanan kota Jakarta sudah dipenuhi oleh kendaraan yang berlalu lalang, padahal ini masih lumayan cukup pagi. Ternyata benar dengan statement kalau Jakarta merupakan kota tersibuk dan tidak pernah berhenti oleh kendaraan. Hal ini membuat Gisa harus ekstra sabar ditambah lagi ia harus berdesakan dengan penumpang lain dalam bus. Rencananya ia akan berangkat pagi ke kampus, malah ia harus kesiangan gara-gara nonton drakor sampai jam tiga pagi. Parah memang dirinya ini.
"Ya ampun, akhirnya sampai juga. Gila bener dah itu tangganya banyak banget untung dosennya belum dateng." Gisa menyeka keringat yang ada di dahinya. Dirinya segera duduk di kursi, meletakkan tasnya dan mengambil buku yang akan dosennya ajarkan nanti.
"Butuh air?" Gisa langsung menoleh ke samping melihat siapa yang memberikan air minum padanya.
"Rangga," pekik Gisa. Ia tidak percaya bahwa akan bertemu lagi dengan cowok sok ganteng ini.
Gisa menampilkan raut wajah tidak suka. Kenapa harus cowok ini lagi yang ia temui?
Laki-laki itu menampilkan senyum semanis gula dan madu.
"Kenapa lo di sini?" tanya Gisa penuh selidik.
Rangga mengambil kursi yang tak jauh darinya, lalu ia duduk di sana. "Yang ada gue yang nanya. Ngapain lo masuk di kelas semester satu?" tanya balik Rangga sambil memainkan alisnya.
"Ya ... suka-suka gue lah," sahut Gisa. Arggg ... Sebenernya ia sangat malu untuk menjawab pertanyaan Rangga. Ia ada di kelas semester satu karena harus mengulang mata kuliah yang mendapatkan nilai jelek waktu itu.
"Ck ... Gue tau lo pasti ngulangkan?"
Rangga melihat raut wajah Gisa menegang seketika. Ia yakin gadis di depannya itu malu untuk mengakui jika ia sedang mengulang mata kuliah.
"Haha ... Gak nyangka lo senior yang sok galak ini ternyata B-O-D-O-H hahhah ...." ejek Rangga. Dirinya puas sekali bisa menertawakan Gisa seperti ini.
"Kalo iya kenapa masalah buat lo? Tunggu! jangan bilang kalau lo masuk kelas ini?"
"Kalau iya, kenapa?" jawab Rangga berlalu pergi meninggalkan Gisa yang terkejut.
"Mati gue!" batin Gisa.
Gisa tidak pernah fokus saat dosen di depannya itu menjelaskan materi. Sudah beberapa kali kepala Gisa terjatuh karena menahan kantuk, ditambah lagi pendingin ruangan yang menyejukkan hati pas untuk waktunya tidur.
Seandainya waktu itu ia mengikuti ujian di mata kuliah ekonomi mikro pasti dirinya tidak sedang mengulang saat ini. Dosen yang dulu benar-benar, membuat dirinya naik darah. Hanya karena tidak mengikuti ujian saja nilainya jelek. Padahal, dirinya sangat rajin mengerjakan tugas, tidak pernah absen dan pastinya rajin menabung. Maksudnya nabung di kantin.
"Oke ibu akan membagikan kelompok untuk kalian mengerjakan tugas. Kelompoknya terdiri dari tiga orang," ucap Bu Desi selaku dosen yang mengajar mata kuliah itu.
"Ada yang mau mengajukan kelompoknya sendiri sebelum ibu yang bagi?"
"Saya, Bu."
"Siapa saja nama-namanya?" Bu Desi mengambil kertas untuk mencatat nama yang akan disebutkan Rangga.
Rangga melirik sebentar ke arah Gisa. Gadis itu masih setia menundukkan kepalanya. Lalu, sebuah seringai muncul di bibirnya.