Titik Temu

Putri Kartikawati
Chapter #1

Temu #1

Arya Dwiwangsa Gagal Meminang Kekasihnya!

Sania Gagal menjadi Menantu Dwiwangsa. Arya Kembali Single!

Adanya Orang Ketiga, Pemicu Kandasnya Hubungan Arya - Sania

Arya menghela nafas. Ia sudah menduga bahwa kandasnya hubungan asmaranya dengan Sania akan menjadi topik pembicaraan hangat di media hari itu. Entah bagaimana caranya para wartawan itu tahu bahwa semalam Ia dan Sania bertemu untuk mengakhiri hubungan mereka, sehingga paginya sudah ada headline berita tentang dirinya yang terpampang di beberapa akun berita online terkemuka.

Tak sempat merasakan patah hati karena alasan Sania memutuskan hubungan mereka, kini ia harus fokus mempersiapkan strategi untuk menyelesaikan segala urusan yang berkaitan dengan berakhirnya hubungan dua anak konglomerat di Indonesia tersebut. Ia tahu baik Papa, Mama, dan Kakeknya akan bertanya - tanya mengapa mereka mengakhiri hubungan yang sudah terjalin hampir dua tahun, bahkan hubungan mereka jauh dari gosip yang buruk. Namun, jika sudah ada orang ketiga, Arya bisa apa?

Arya dan Sania pertama kali bertemu ketika keduanya kuliah di salah satu kampus terkemuka, yakni University of Chicago. Tak menyangka dari obrolan ringan tentang hobi berkuda, keduanya menjalin asmara dan disambut antusias oleh kedua keluarga. Jika Arya dan Sania bersatu itu akan menguntungkan juga dari sisi bisnis kedua keluarga masing - masing. Harapan yang diciptakan kedua keluarga sudah melambung tinggi.

Harapan yang terlalu tinggi harus pupus di tengah janji. Hubungan memang tak bisa selamanya indah atau sesuai dengan ekspetasi Arya, karena saat Sania harus bekerja di salah satu company di Singapura, saat itulah hubungan mereka mulai merenggang. Arya berpikir karena keduanya sudah mulai aktif bekerja harus beradaptasi dengan adanya beberapa perubahan seperti turunnya intensitas komunikasi, susahnya menentukan waktu bertemu, dan tak ada lagi pembahasan masa depan hubungan. Arya terlalu mempercayai Sania, sehingga tak menyadari ternyata hati wanitannya tersebut sudah mulai terisi oleh kehadiran orang ketiga.

Rasa sesak kembali muncul ketika Arya mengingat percakapan semalam. Ia terngiang - ngiang dengan kata - kata Sania. "Kamu nggak bisa memperlakukan aku sebagai seorang pasangan..", Arya tersenyum pahit. Kalau memang dia tidak bisa memperlakukan Sania sebagai pasangan mana mungkin hubungan mereka berdua bisa bertahan hingga dua tahun lamanya. Jika memang dirinya tak bisa memperlakukan Sania dengan baik, kenapa baru sekarang ia mengeluhkan sikapnya tersebut. Arya yakin itu hanyalah alasan yang dibuat - buat oleh Sania agar bisa lepas dari Arya.

"Hari ini kita akan ke Wangsa Exhibition dulu, Tuan." suara berat tersebut membuyarkan keasyikan Arya dengan isi kepalanya dan menjejakkan dirinya kembali ke saat ini.

"Papa dan Kakek udah tahu soal saya dan Sania?" tanya Arya kepada laki - laki yang duduk di depan kemudi.

"Sudah. Tapi beliau - beliau tidak memberi komentar lebih lanjut."

Arya menghela nafas kembali, "Kita ngapain ke Wangsa Exhibition?"

"Pengecekan rutin. Bagaimanapun ada masih punya kewajiban di sana."

"Terimakasih sudah diingatkan. Setelah itu jadwal saya apa?"

"Hanya ada dinner meeting dengan Pak Cahya terkait pameran yang akan diselenggarakan di Wangsa Exhibition."

"Baik. Bangunkan Saya kalo kita sudah sampai. Saya ingin beristirahat sebentar."

"Baik, Tuan.."

Arya ingin tidur. Walau hanya lima menit, dia ingin beristirahat dari penuhnya isi kepala.

******

"Jadi ruangan ini yang akan kita pakai lusa?" tanya Indira kepada salah satu karyawan EO yang sedang menemaninya melihat - lihat venue untuk acara peluncuran buku.

"Iya. Ruangan ini sudah disesuaikan dengan jumlah tamu undangan. Apa menurut Kak Indira ruangan ini kurang bagus untuk Ibu Mutia?" tanya Purba yang menemaninya.

"Nggak, harusnya aman."

"Beliau kemana, Kak? Kan harusnya beliau ikut hadir untuk persiapan peluncuran buku lusa. Kami perlu masukan dari beliau, kalo - kalo ada yang kurang."

Lihat selengkapnya