Titik Terang

Adira Putri Aliffa
Chapter #4

Rindu Suka Datang Sewaktu-waktu

Arka kini sudah sampai di rumah tepatnya sudah masuk ke kamarnya. Belum sempat berganti baju tiba-tiba ia langsung menuju ke meja yang dimana terdapat foto di atasnya. Di sana terlihat sebuah figura foto yang menunjukkan foto dia, ibunya, dan adiknya. Tidak ada foto ayahnya di situ karena Arka sengaja memotongnya. Bekas guntingannnya sangat terlihat dengan jelas. Perasaan rindu lagi dan lagi datang tanpa diundang dan suka sekali datang tanpa tahu waktu. Kenangan manis tentang masa lalu terputar sekilas di pikirannya.

Masa kecilnya dulu begitu indah, saat ia masih bisa bermanja dengan sang ibu. Tawa dan canda masih bisa terukir jelas dahulu. Sejak peristiwa yang membuatnya trauma terjadi, semuanya terasa gelap bagi Arka. Tak ada tempat baginya untuk bersandar, wanita yang paling ia sayangi sudah pergi, bahkan keberadaan kakaknya pun ia tak tahu dimana. Padahal sudah beberapa kali ia mencari tapi belum menjumpai titik terang. Ntah masih hidup atau tidak, ia tak tahu. Harapnya dimanapun kakaknya sekarang, jika masih hidup ia selalu diberikan kesehatan dan perlindungan Allah. Namun, jika ia sudah tiada, semoga bisa ditempatkan di tempat terbaik di sisi-Nya hingga surga kembali mempertemukan kita.

Untung saja sejak dahulu, lelaki yang akrab sekali dengan kedermawanannya itu masih terus memiliki semangat hidup disaat dunianya pernah redup. Setiap hari ia terus mencoba untuk tetap bertahan disaat dunia menjatuhkan, berjuang untuk terus tumbuh disaat dunia membuatnya rapuh, dan mencari berbagai macam cara agar ia kembali bahagia disaat dunia menyumbang banyak sekali luka. Keadaan memang terkadang tak berjalan sesuai rencana dan dugaannya, tetapi hal itulah yang sering kali membuatnya tumbuh lebih dewasa. Kini, dirinya telah berhasil melewati semuanya, dan semoga seterusnya.

Lelaki tampan itu mengistirahatkan tubuhnya sejenak dengan duduk bersandar di sebuah sofa panjang sembari memegang foto yang diambilnya dari atas meja tadi. Tatapan terus ia tujukan pada foto itu dengan perasaan rindu yang mendalam, rasa itu semakin menikamnya diam-diam hingga rasa sesak ia rasakan, air mata tanpa sadar tertumpahkan. Dibalik sikapnya yang dingin, Arka juga bisa menangis jika megingat ibunya. Seperti halnya yang dialami semua laki-laki, dibalik badannya yang tegap dan jarang sekali ada orang yang melihat mereka menangis. Namun, jika sudah berbicara tentang ibu, mereka juga akan menjadi sosok yang paling lembut sedunia.

Tak ada kata-kata yang Arka ucapkan saat memandangi foto ibunya itu. Arka hanya terdiam sembari sesekali meneteskan air mata rindu. Mengingat yang lalu memang seringkali membuat pilu, tetapi itu bukan alasan untuk terus meratapi dan hancur di dalamnya.

Setelah puas melepas rindu pada sang ibu dengan memandangi fotonya. Arka langsung bergegas mandi dan kembali menjalankan aktivitasnya di depan laptop. Prinsip yang selalu ia pegang untuk terus bertahan untuk menjalani kehidupan adalah: “Teruslah berjuang walau dunia pernah membuat kita tumbang, sebab ada banyak mimpi yang harus diperjuangkan dan banyak harap yang harus diwujudkan.”

Lelaki yang sekarang mengenakan baju bewarna putih itu memang memiliki banyak prinsip hidup, baginya prinsip hidup ibarat obat-obatan di dalam sebuah kotak obat. Ia harus mempunyai banyak persediaan supaya ia bisa bebas mengeluarkannya disaat ia membutuhkan untuk mengobati luka atau sakit yang berbeda-beda dalam setiap perjalanan di hidupnya. Hal tersebut dilakukan agar ia bisa cepat sembuh dari lukanya dan bisa melanjutkan perjuangannya lagi.

Arka kembali bermesraan dengan Si Rocky, laptop kesayangannya itu. Matanya bergerak cepat membaca setiap tulisan yang berada di laptopnya sembari menggerakkan mulutnya seperti menggerutu. Lusa adalah hari perlombaannya, jadi ia harus latihan dengan giat dan melakukan yang terbaik, karena ia percaya bahwa hasil akan sejalan dengan apa yang kita usahakan. Bila memang tidak, pasti Allah akan menggantinya dengan yang lebih indah. Sederhana saja dalam berjuang, tak perlu memikirkan tentang apa yang belum terjadi, yang penting berusaha saja dulu. Arka kini mengambil sebuah kertas lalu mencatat pertanyaan-pertanyaan yang mungkin akan ditanyakan juri. Lalu ia mencoba menjawabnya sendiri. Setelah ia berlatih sendirian, beberapa jam kemudian ia berlatih virtual bersama dua teman se timnya dan didampingi oleh Pak Adam. Sebelum latihan dimulai, seperti biasa Pak Adam suka sekali mengobrol santai sebentar atau memberikan motivasi kepada anak didiknya itu.

 

“Loh Arka habis nangis?” tanya Pak Adam secara terang-terangan. Mendengar pertanyaan itu Arka langsung kaget dan heran. Bagaimana Pak Adam bisa tahu itu, padahal dia juga sudah mandi, dan terlihat fresh.

 

“Memangnya mata saya sembab ya pak?” tanya Arka sedikit khawatir.

 

“Gak sih, bapak cuma tanya aja tadi. Hahaha.” Pak Adam tertawa kecil. Arka bernapas lega mendengar fakta itu, ternyata Pak Adam hanya bercanda.

 

“Pak Pak, kasian Arka tadi tegang gitu wajahnya.” sahut salah satu temannya, Si Ridwan.

 

“Loh kenapa tegang? Berarti bener Ar, kamu habis nangis? Kenapa? karena cewe ya?”

 

"Cewemu kok tega banget sih Ar, nyakitin cowo seganteng kamu." sambung Pak Adan

 

“Engga, pak. Saya gak punya cewe.” jawab Arka membenarkan fakta.

 

“Arka mah daripada pacaran sama cewe lebih seneng pacaran sama Si Rocky, pak. Ya ga Ar?” ujar Ridwan. Arka hanya tersenyum kecil mendengarnya.

 

“Siapa itu Rocky? Astaghfirullah. Arka kamu…??” tanya Pak Adam sedikit terkejut.

 

“Rocky tu laptop saya.” Jelas Arka.

 

Lihat selengkapnya