Hari ini adalah hari yang dinanti Fara, Arka, dan Ridwan. Mereka yang baru saja sampai di lokasi, segera turun dari mobil kampus dengan gaya yang sangat berkelas. Sehingga membuat mata lawan yang melihat mereka merasa minder lebih dahulu. Fara dengan kharisma anggun dan kecerdasannya, Arka dengan sikap dingin yang memikat hati. Ridwan dengan gaya sok ngartisnya dan tebar pesona. Ketiganya pun segera berjalan untuk menuju ke pusat informasi untuk mendatangi LO mereka. Fara berada di depan memimpin jalan, Arka dan Ridwan berjalan bersebelahan.
Di saat mereka sedang berjalan, terlihat beberapa langkah di depan Fara terdapat sebuah kulit pisang. Fara belum menyadarinya karena sedang asyik dengan ponselnya. Perempuan yang mengenakan jas almamater kampus it uterus melangkah sampai dimana jaraknya dengan kulit pisang itu sangat dekat. Arka yang sedang asyik mendengarkan lagu sembari melihat sekeliling baru menyadari hal itu. Langkah Fara semakin mendekat, dan tinggal satu langkah lagi kakinya mendarat tepat di atas kulit pisang itu. Belum sempat melangkah lagi, tiba-tiba,
“Far. Stop.” Arka memanggil Fara.
Sontak Fara langsung menunda langkahnya untuk menginjak kulit pisang itu. Perhitungan Arka sangat pas. Melihat Fara sudah menghentikan langkahnya, tanpa mengeluarkan sepatah kata pun Arka langsung menghampiri Fara. Ia mengambil kulit pisang yang berada di depannya.
“Ada kulit pisang, ntar kalau lu injek bisa kepleset.” sambung Arka menjelaskan perihal dirinya memanggil dan memberhentikan langkah Fara tadi. Ia langsung melihat sekeliling untuk mencari tempat sampah terdekat dan membuang kulit pisang itu. Wajah Fara terlihat bahagia dan tersenyum, ternyata Arka selalu memperhatikan hal sekecil apapun jika itu membahayakan orang sekitarnya
“Cie Mr. Ice bisa sweet juga.”
Arka tak memperdulikan omongan Ridwan barusan dan melanjutkan langkahnya. Kini Arka yang berada di depan, diikuti Fara yang masih tersenyum tersipu.
“Eh kok gue ditinggal?” sambung Ridwan yang kini berada di belakang.
Rasa semangat dan tegang bercampur menjadi satu, saat Arka, Fara, dan Ridwan melangkah sembari didampingi oleh LO lomba. Suasana di tempat perlombaan itu dipenuhi dengan ambisi-ambisi orang-orang hebat yang menyusuri di setiap sisi ruangan. Mereka melihat beberapa lawannya pada lomba sebelumnya. Tiba-tiba Fara menghentikan langkahnya, tangannya melambai pada seseorang yang datang menghampirinya.
“Nadine!!” Fara berlari menghampiri seorang perempuan berperawakan tinggi.
“Fara?” teriak perempuan tadi dari kejauhan.
Mereka berdua berpelukan. Arka dan Ridwan pun heran dan penasaran melihatnya. Beberapa detik kemudian, Fara kembali dengan menggandeng perempuan ber jas kuning tadi.
“Guys kenalin ini Nadine. Sekarang anak psikologi UI dan waktu SMA sempet jadi lawan gue di lomba speech. Dia orang yang mau nganterin gue bolak balik ke kamar mandi sebelum lomba. Terus sampai sekarang malah jadi temen.”
“Halo Nadine. Gue Ridwan.” Ridwan memberikan tangannya sembari tersenyum.
Arka masih sibuk dengan handphone nya sembari mendengarkan lagu lewat earphone.
“Ar.” Ridwan menyenggol
“Oh halo. Gue Arka.” sontak Arka langsung paham kode Ridwan. Arka mengangguk sembari mengepalkan tangannya dan memberikan tos kepal tangan kepada perempuan yang baru ia kenal itu. Nadine meresponsenya dengan sedikit, tetapi juga tersenyum heran dengan sikap Arka itu.