Setelah beberapa hari mengajak Rinta jalan-jalan ke luar. Kini agenda mereka adalah menonton film komedi bersama di rumah Rinta. Wajah yang tadinya terlihat murung, sedih dan lesu kini sudah kembali menemukan senyumnya dan sudah kembali ingat caranya tertawa. Sudah hampir seminggu, Fara dan Arka membantu Rinta untuk memulihkan mentalnya. Menjadi teman untuk Rinta disaat kesepian, menjadi tangan yang membangunkannya disaat jatuh, menjadi pundak yang selalu siap memberi sandaran, menjadi telinga yang selalu siap untuk mendengarkan, dan menjadi apapun yang berhasil membuat Rinta menerima serta berdamai dengan keadaan. Di sela-sela menonton Arka dan Fara saling bertatapan dan melempar senyuman karena merasa lega bisa melihat senyum bahagia di wajah Rinta.
“Eh gue mau beli makan dulu ya? Mama lu gak masak kan Rin?”
“Belum kayaknya.” sahut Rinta yang masih asik menonton film. Arka segera menuju ke dapur menghampiri mama Rinta agar tidak memasak karena ia ingin membeli makan.
“Gue udah bilang mama lu buat gak masak. Gue beli dulu deh ya. Rin lu suka tahu gimbal gak?”
“Suka-suka aja sih. Makasih, Ar.”
“SUKA!” teriak Fara yang memang penggemar tahu gimbal seperti Arka.
“Gue gak tanya sama lu Far.”
“Hehehehe.”
“Mau boba sekalian gak?”
“MAUU.” jawab Fara dan Rinta serentak.
“Kalau urusan boba aja kompak ya?” sahut Arka, mereka hanya meresponya dengan tawa kecil.
Arka segera melangkah ke luar rumah, menghidupkan motornya dan melaju dengan kecepatan kencang menuju warung tahu gimbal favoritnya. Hingga akhirnya ia sampai. Selesai membeli tahu gimbal dan boba Arka langsung kembali pulang ke rumah Rinta. Saat perjalanan pulang ia mendengar ada seseorang yang berteriak “Maling” selang beberapa detik saat melewati perempatan ia melihat ke arah depan terdapat seorang yang lari ke arah kanan membawa koper. Perasaannya mengatakan bahwa itu adalah pencopet yang diteriaki orang tadi. Tanpa berpikir panjang, ia mencari cara untuk menghentikan langkah pencuri itu.
Sebelum perempatan tadi, terdapat pertigaan yang terdapat jalan yang bisa menembus arah jalan pencuri tadi. Ia langsung berputar balik dan belok ke arah pertigaan tadi untuk mencegat pencuri itu di sana. Benar saja, perkiraan waktu yang sangat tepat. Motor Arka yang tadinya melaju dengan sangat kencang, kini berhenti mendadak tepat di depan pencuri tadi. Sontak pencuri itu tak bisa berbuat apa-apa selain kaget dan koper yang dibawanya pun terlempar secara spontan. Belum sempat menangkap pencuri tadi, ia sudah pergi dulu karena tak ingin dikeroyok warga dan Arka tak lagi mengejarnya karena koper yang sudah dicurinya kini sudah aman.
Terlihat dari kejauhan terdapat banyak warga yang datang. Arka langsung turun dari motornya dan mengambil koper yang jatuh ke tepi jalan untuk diberikan kepada pemiliknya. Warga semakin dekat dan menghampiri Arka.
“Arka?”
“Doni?”
“Bapak-bapak bisa pergi sekarang, terima kasih ya sudah bantu saya. Sekarang koper saya aman.” ucap Doni membubarkan segorombolan warga tadi.
“Ini punya lu?’ tanya Arka pada Doni sembari memberikan koper itu kepadanya.
“Iya thanks Ar.”
“Oke sama-sama. Gue duluan ya.” Arka langsung mengakhiri obrolannya dengan Doni,
“Ar tunggu dulu.”
“Kenapa?”
"Gue mau minta maaf."
Arka yang masih memegang helmnya heran mendengar kata yang terlontar dari mulut Doni itu.
"Lu kesurupan apa?" tanya Arka sembari meletakkan helmnya.
"Serius Ar gue mau minta maaf."
“Sorry ya kalau selama ini gue selalu jahat sama lu dan nuduh yang engga-engga."
"Gue udah tahu yang sebenernya dan gue ngaku salah.”
“Hah? Lu tahu apa dan darimana?”
“Sorry sebelumnya, gue ngikutin lu ke kantor polisi kemarin. Awalnya niat gue jahat karena berharap dapat informasi yang bisa gue pakai buat jatuhin lu, tapi setelah mendengar semua percakapan lu sama bapak lu gue jadi tahu semuanya. Sorry banget gue lancang.”
“Lu ngikutin gue?"
"Iya sorry banget."
"Parah sih."
"Ar, sorry. Gue bakal bantu lu deh kalau perlu buat bilang ke semua orang kalau sebenernya lu gak seperti yang mereka pikirin dan yang gue pikirin dulu."
“Oke gue maafin.”
“Segampang itu lu maafin gue setelah semua kelakuan jahat gue ke lu, Ar?”
“Mau dimaafin gak?”
“Ya mau.”
“Yaudah gak usah dibuat rumit.”