John menyeringai. "Pengecut."
Tangan John berkelebat cepat dan pukulannya membuat Harold hilang kesadaran. John meletakkan pistolnya kembali dan menyalakan sebatang rokok saat berjalan menuju pintu. Para pengunjung terkejut, sambil memandang John pergi.
"Aku menang. Berikan uangnya kepada Phil, atau aku akan mencari kalian di seluruh Amerika," kata John, lalu melirik pacar Harold. "Ah, dan kamu, Sayang. Jika kamu ingin bersenang-senang, minta nomorku pada Phil."
John keluar dari tempat itu. Kerumunan terdiam, tak seorang pun mengira John bisa mengalahkan Harold. Nama besar Harold di daerah itu sudah cukup membuat mereka percaya. Sayangnya, tak ada yang tahu siapa sebenarnya John, kecuali Phil.
"Kapten John Myron. Anggota paling elit dari pasukan khusus Amerika. Dia gila, tapi bukan pembual. Yah, dia memintaku mengirim rekaman CCTV di pintu masuk. Dan kalian tahu, aku tidak mau mendapat masalah dengannya, jadi aku kirim video itu. Yang akan dia lakukan hanya mencocokkan wajah kalian dengan data intelijen untuk melacak tempat tinggal kalian. Jika aku jadi kalian, aku akan menepati janji dan membayar taruhannya," ujar Phil.
Mendengar itu, para pengunjung berdesakan mendekati Phil yang berdiri di belakang meja bar. Phil tersenyum sambil melirik layar hologram di bawah meja yang bertuliskan "CCTV tidak berfungsi".
***
Di unit Apartemen Golden Whale, sebuah robot berbentuk manusia baru saja menutup telepon dan kemudian berbalik kepada perempuan yang sedang tidur di ranjang. Robot itu menghampiri dan mengguncang bahunya.
"Nina, Nina Tipler." Robot itu terus mencoba membangunkannya.
Nina Tipler menyingkirkan tangan robot itu seraya berguling. "Jangan ganggu aku, Nuke."
"Ayahmu baru menelepon," kata Nuke.
"Katakan padanya aku lelah," jawab Nina dengan enggan.
"Ayahmu bilang ada yang penting," balas Nuke.
"Bagi ayahku, segalanya penting. Tak usah khawatir tentang itu, dan jangan mengganggu tidurku." Nina menarik selimut hingga menutupi kepalanya.
Nuke menggeleng kemudian menekan tombol di bagian bawah tempat tidur. Tak lama setelah itu, pipa besi muncul di setiap sudut tempat tidur dan menyemprotkan air yang membuat Nina basah kuyup. Tiba-tiba Nina bangun dengan wajah memerah.
"Ah! Apa yang kamu lakukan, Bodoh?!" Nina mengumpat kesal.
"Nina, jika bukan karena keadaan darurat, aku tidak akan membangunkanmu," jelas Nuke.
"Sudah kukatakan kamu selalu—"
"Sebuah meteor raksasa akan menghantam Bumi," Nuke memotong.
"Apa?" Nina terkejut dan segera menekan tombol hologram di dinding.
Tak lama kemudian, layar hologram muncul di dinding menampilkan data yang terhubung langsung dengan DST. Angka-angka dalam data itu bergerak cepat. Mata Nina melebar, mulutnya setengah terbuka, tak bisa memercayai yang dilihatnya.
"Oh, Tuhan! Meteor itu menuju Virginia dengan cepat," gumam Nina.
"Nina, ayahmu bilang kamu harus membantu utusan Presiden Hemmingway dalam masalah ini," tukas Nuke.
Nina buru-buru masuk ke kamar mandi. "Baiklah. Setelah aku ganti pakaian, aku akan pergi."
Beberapa menit kemudian, Nina sudah berkendara di jalanan New York. Mobilnya terbang dengan kecepatan tinggi. Namun tiba-tiba, peringatan terdengar melalui pengeras suara.
"Nina, ada yang mengikuti kita." Sistem keamanan kendaraan memberinya peringatan. Nina melirik kaca spion dan melihat sepeda motor hitam di belakang.
"Selalu ada orang yang menyebalkan di jalan. Tingkatkan kecepatan, Omega," perintah Nina pada sistem mobil.