"Kamu pasti berasal dari masa depan," ujar Xavier sambil menatap perempuan di depannya. Meskipun dia adalah penyelamatnya, Xavier tetap meningkatkan kewaspadaan.
Perempuan itu tidak lain adalah Nina. Dia menatap Xavier, mengamatinya dengan saksama, lalu menodongkan pistol. "Di mana John?"
Xavier terkejut sesaat sebelum membalas tatapan Nina dengan tajam. "Sepertinya kamu datang untuknya."
"Pasti kamu tahu bahwa laserku bisa menembus tubuh bionikmu, kan?" Nina melirik ke arah Xavier. Sebelum pergi ke masa ini, Nina sempat memeriksa siapa Xavier sesungguhnya. Tidak heran dia tidak terkejut ketika melihat Xavier.
Xavier tetap tenang. "Andai aku tahu, aku pasti akan menghabisinya."
Nina tersenyum. "Kalau begitu, sebelum kamu menemukannya, lebih baik aku menarik pelatuk ini."
"Baiklah, itu pilihanmu. Tapi itu berarti kamu harus menghadapi hewam-hewan purba di sini sendirian sebelum kamu bisa bertemu John. Kamu mungkin bisa mengalahkan satu T-rex, tetapi belum tentu yang lain. Aku tahu kita berada di pihak yang berseberangan, tetapi menyisihkan permusuhan ini sejenak demi kelangsungan hidup—setidaknya sampai kita menemukan John—menurutku bukan ide yang buruk." Xavier mencoba meyakinkan Nina.
Sementara ketegangan yang hening menggantung di udara, pikiran Nina bekerja keras untuk menentukan pilihan-pilihan di hadapannya. Dia tahu bahwa tawaran Xavier benar; hutan belantara penuh dengan bahaya di luar imajinasinya. Bunyi dedaunan yang berdesir dan raungan dari makhluk purba menjadi pengingat yang menghantui akan bahaya yang menanti.