TITOR

KOJI
Chapter #7

Dalam Lingkaran Kematian

Tegangan mencapai puncaknya ketika jantung John berpacu, dan naluri primitif untuk bertahan hidup mengambil alih. Dengan ledakan adrenalin, dia melompat ke sisi, nyaris menjadi korban rahang Raptor yang kuat. Meski selamat, gagang kayu di tangannya tadi terlempar. Dia merasakan embusan angin ketika tadi gigi mereka menggaruk pakaiannya, sebuah pengingat mencekam tentang bahaya yang sempat mengancam.

Pikirannya berlomba-lomba saat menilai sekitarnya sekali lagi. Dia melirik ke sekeliling, mencari keuntungan apa pun yang bisa dieksploitasi dalam situasi yang genting tersebut. Raptor-raptor mengelilinginya, mata predator mereka terpaku padanya, siap untuk menyerang kapan saja. Pepohonan yang lebat membatasi gerakannya, meninggalkannya dengan pilihan terbatas untuk menghindar.

Ketidakputusasaan memunculkan daya guna seiring mata John jatuh pada cabang kayu yang pernah digunakannya untuk mengusir kadal tadi. Dengan tekad yang cepat, dia melompat untuk mendapatkannya, jari-jarinya meraih permukaan kasar, lalu menggenggamnya. Dia patahkan ujung kayu, hingga membuat patahannya menjadi lebih runcing seperti tombak. Meskipun begitu, dia tahu kayu itu merupakan pertahanan yang lemah dari predator lincah yang mengelilinginya. Namun, lebih konyol jika dia menyerah begitu saja.

Raptor-raptor menguji pertahanannya, melompat dan menggigit dalam serangan tanpa henti. John melambaikan senjata dengan tekad pantang menyerah, gerakannya dipicu oleh gelombang naluri bertahan hidup. Serangannya membuahkan hasil yang beragam; sebagian serangan Raptor berhasil dia halau dengan mudah, sementara yang lain masih sangat berani menantangnya. Namun, hasil akhir belum ditentukan.

Pertempuran berkecamuk, tarian kehidupan dan kematian di tengah hutan prasejarah itu memasuki babak baru. Gerakan John menjadi lebih terhitung, pukulannya lebih tepat saat dia memperkirakan waktu serangan raptor. Meskipun senjatanya terbatas, dia bertarung dengan tekad pantang surut. Namun, lawannya adalah raptor-raptor tangguh yang memiliki naluri bertarung tinggi, sehingga hanya dalam beberapa menit, dia kembali tersudut.

Di tengah keadaan itu, pikiran John bekerja dengan cepat, mencari cara untuk membalikkan keadaan menjadi menguntungkan baginya. Batu besar yang awalnya menghalangi pelariannya sekarang berdiri di dekatnya. Ini adalah taruhan berisiko, tetapi dia melihat peluang. Dia berlari secepat mungkin ke batu itu sambil menghindari lompatan beberapa Raptor. Dia melompat ke atas batu, untuk mendapatkan keuntungan di ketinggian.

Dari posisinya yang lebih tinggi, pandangan John berubah, memungkinkannya untuk lebih baik mengantisipasi gerakan Raptor. Dia terus melambaikan gagang kayu, memaksa predator untuk mempertimbangkan ulang strategi mereka. Dia tahu, kelangsungan hidupnya bergantung pada kemampuannya untuk mengelabui dan bertahan lebih lama dari lawan-lawan purbanya tersebut. Setiap saat berlalu, dia beradaptasi, mengasah taktiknya untuk memanfaatkan kelemahan musuh-musuhnya. Ini adalah pertarungan akal dan naluri, ujian ketahanan dan daya guna seseorang di hadapan peluang yang luar biasa.

Dalam sepersekian detik, John melihat celah, lantas melompat ke salah satu Raptor. Terkejut oleh agresi mendadak itu, Raptor pun tersentak. John tak menyia-nyiakan kesempatan sehingga senjata improvisasinya menemukan sasarannya, tepat di leher kadal purba itu.

Lihat selengkapnya