TITOR

KOJI
Chapter #8

Sang Raja Teror

Dinosaurus itu menampilkan dirinya dengan anggun sekaligus mengerikan pada saat yang bersamaan. John, Xavier, dan Nina terperangah, mata mereka tak dapat melepaskan pandangan dari makhluk yang menghadap mereka dengan dominasi yang menakutkan. Tubuh predator raksasa itu membentuk bayangan kengerian yang menciutkan nyali mereka.

Monster purba tersebut tampak ramping dan elegan, dengan dada yang bidang dan otot-otot yang menonjol. Kaki-kakinya yang besar dan kukuh seperti tiang-tiang baja, menandakan kemampuan berlari dan menghancurkan yang mematikan. Cakar-cakar tajam dan gigi-giginya yang runcing membuat jantung mereka berpacu lebih cepat. Kepalanya yang menjulang, penuh dengan gigi-gigi setajam pisau, merupakan mimpi buruk yang menjadi kenyataan. Mata predator itu menebarkan teror yang tak pernah terbayangkan sebelumnya.

"Giganotosaurus," gumam Nina, tak percaya melihat dinosaurus di hadapannya itu. Nina memiliki cukup pengetahuan mengenai dunia purba. Tidak heran jika dia dapat dengan mudah mengidentifikasi kadal raksasa di hadapannya itu.

Sebelum mereka bisa benar-benar meresapi kenyataan, Giganotosaurus tiba-tiba mengalihkan pandangan. Matanya yang tajam menatap Xavier dan Nina dengan penuh ancaman. Tanpa ragu, Giganotosaurus meluncur maju dengan gerakan lincah, menciptakan getaran tanah yang menerjang di bawah kaki-kakinya.

Tubuh Xavier dan Nina bergetar saat mereka merasakan guncangan itu mendekat. Mereka berdua dengan cepat bergerak untuk menghindari serangan Giganotosaurus, saling berpencar dan berusaha menjaga jarak. Melihat kedua targetnya terpisah, Giganotosaurus harus memilih mana yang akan dihadapinya lebih dulu. Namun, Giganotosaurus adalah predator yang cerdas. Dengan gerakan yang cepat dan cerdik, ia mengubah arah dan mendekati Nina dengan kecepatan yang mengagumkan.

Nina merasa jantungnya berpacu saat Giganotosaurus makin mendekat. Dia melihat cakar-cakar tajam yang pasti bisa mencabik-cabiknya dengan mudah. Dengan naluri bertahan hidup yang kuat, dia melompat ke samping dalam gerakan yang terukur, menghindari cakar-cakar ganas yang hampir mencincang tubuhnya. Nina segera melepaskan beberapa tembakan ke badannya, tetapi hasilnya sia-sia. Alih-alih terluka, monster itu justru makin bertekad menghabisi Nina. Ia berbalik untuk kembali memburu sasarannya.

Sementara itu, John tidak bisa tinggal diam. Tekadnya terbakar oleh keinginan untuk melindungi Nina. Dengan langkah yang mantap, dia berlari menuju Giganotosaurus untuk mencoba mengalihkan perhatiannya. Dia mengayunkan sebuah ranting besar yang diambil sebelumnya, dan berusaha menarik perhatian predator itu.

Giganotosaurus memandang John dengan sorot mata yang penuh dengan ancaman, bersiap mencabik-cabik manusia yang terlalu bodoh untuk menantangnya. Namun, rencananya berubah seketika saat tiba-tiba ada sesuatu yang mengenainya. Xavier telah bergerak cepat, mengambil batu besar dari tanah lalu dengan tenaga bioniknya melemparkan batu itu dengan presisi yang menakjubkan. Batu itu mengenai bagian mata Giganotosaurus, menyebabkan makhluk prasejarah itu terhuyung ke samping merasakan sakit sekaligus terkejut.

Alih-alih meraih kemenangan gemilang, serangan itu malah mengundang kemarahan sang monster purba. Dengan sebelah mata yang memancarkan amarah, Giganotosaurus berdiri kukuh kembali dengan sikap yang lebih menakutkan daripada sebelumnya. Luka di matanya mengeluarkan darah dan lendir, tetapi tampaknya belum cukup untuk meredam niat pemburu itu.

Dalam momen kritis tersebut, ketiga penjelajah waktu itu bersatu, berdiri bersebelahan di tengah ancaman predator mengerikan itu. Mereka merapatkan barisan, mengasah indera kewaspadaan mereka. Mereka tahu, cepat atau lambat teror yang lebih mengerikan akan datang kembali.

Lihat selengkapnya