Gertrude mengedarkan pandangan, wajahnya tampak tidak nyaman dengan situasi di sana. "Sebaiknya kita berbicara di rumahku."
"Bukankah rumahmu sudah tidak aman lagi?" tanya John.
Gertrude mengangguk. "Aku akan bersiap-siap untuk pindah masa, kebetulan ayahku pernah mengatakan jika masa ini tidak aman, aku harus pindah ke masa itu dan menunggunya di sana."
Setelah berkata begitu, Gertrude berbalik lalu berjalan ke arah rumahnya, diikuti John dari belakang. Selang beberapa menit kemudian, John dan Gertrude telah tiba di rumah. Gertrude bergegas ke kamar, mengambil tas lantas keluar menemui John.
"Tampaknya kamu sudah bersiap pergi," ujar John, melihat barang-barang Gertrude.
"Tidak ada pilihan lain." Gertrude tersenyum. "Mengenai pertanyaanmu tadi. Ya, aku bisa jadi anakmu, dan sebaliknya bisa juga tidak."
John mengangkat sebelah alisnya. "Bisa kamu jelaskan?"
"Antara waktu satu dengan waktu yang lain berjalan linear di titiknya masing-masing. Apa yang kita lakukan pada masa lalu, tidak bisa mengubah kejadian pada masa yang lain. Jadi, jika ayahku memiliki aku dari ibuku, belum tentu kamu yang dari masa berbeda memilih perempuan yang sama dengannya, sehingga John pada setiap masa bisa jadi memiliki jalan hidup yang berbeda. Namun, apabila ternyata kamu memilih perempuan yang sama dengannya—ibuku—maka aku juga anakmu. Lebih mudahnya, waktu adalah sementa alternatif," terang Gertrude.
John mengangguk repetitif. "Bolehkah aku tahu siapa ibumu?"
Gertrude memandang ruang hampa drngan sedih selama beberapa detik, sebelum menarik napas dalam-dalam, seakan-akan berusaha menekan gejolak kesedihan yang dia rasakan. "Emily Jones, perempuan yang bertemu dengan ayahku pada tahun 1700-an."
John terdiam mendengar nama itu disebut. Dia sama sekali tidak pernah tahu perempuan yang dimaksud oleh Gertrude. Mungkin, John yang merupakan ayah Gertrude, memiliki jalan hidup yang berbeda dengannya. Namun, John merasa masih ada cerita lain yang belum terungkap.