Xavier menatap tajam mata lawannya yang mengayunkan pedang besar dengan penuh kepercayaan diri. Embusan angin terasa ketika pedang membelah udara dengan cepat ke arah Xavier. Meskipun pria berbadan besar itu tampak perkasa, Xavier tidak gentar. Xavier dengan cekatan menghindari serangan itu dan melompat ke samping.
Sorak-sorai penonton bergema di arena, menggema seolah meningkatkan adrenalin dua petarung di pertunjukan ini. Lawan Xavier tampak tak sabar ingin mengakhiri pertarungan, dan kembali menerjang. Xavier dengan cekatan menghindar, tetapi serangan lain segera menerjang. Xavier yang tak menyangka serangan datang tiba-tiba, sempat terhuyung, untungnya dia sempat mengumpulkan kembali keseimbangannya dan segera melancarkan serangan balasan. Tangan bioniknya terayun, beradu dengan pedang lawannya dalam serangkaian percikan bunga api logam.
Para penonton terpukau melihat Xavier menghadapi lawannya dengan tangan kosong. Suara para pendukung Xavier pun makin bergema di seantero arena. Namun, pendukung di pihak lawan tidak tinggal diam, mereka turut menyemangati petarung mereka.
Sementara itu pertarungan makin memanas, dengan keduanya saling serang dan bertahan. Mereka saling beradu keberanian dan kemampuan. Pria berbadan besar itu berusaha menginjak Xavier dengan langkah-langkah besar, tetapi Xavier yang lebih lincah terus menghindar dengan gesit.
Dalam sekejap, Xavier melompat tinggi, berusaha mendaratkan tendangan telak ke dada lawannya. Namun, sang gladiator besar itu dengan sigap menangkis tendangan Xavier dengan perisainya yang bulat. Xavier terdorong mundur, tetapi segera bangkit kembali untuk melancarkan serangan bertubi-tubi. Serangan-serangan Xavier sanggup diimbangi lawannya itu, sehingga pertarungan masih berjalan seimbang.
Keringat mengalir deras di wajah keduanya, dan desahan napas terdengar jelas di tengah kebisingan sorak-sorai penonton. Mereka terus berputar, mengayunkan senjata mereka dalam gerakan-gerakan yang saling berlawanan. Pertarungan di arena tersebut mempertontonkan keberanian dan kegigihan keduanya.
Dalam satu kesempatan, tiba-tiba pria berbadan besar itu memanfaatkan momen, mendorong Xavier ke belakang dengan kekuatannya. Xavier melompat mundur untuk menghindari serangan ganas yang dilancarkan lawannya. Tepat pada saat itu Xavier melihat satu celah yang dapat dia manfaatkan. Tanpa menyia-nyiakam kesempatan, Xavier melancarkan tinjunya. Sayang, lawannya dengan sigap mengadang serangan itu.
Xavier merasakan getaran dari benturan tangannya dan pedang lawan. Matanya fokus, dan hatinya berdegup kencang. Dia memutar otak untuk mengubah strategi. Dia tahu bahwa kemenangan atau kekalahan terletak dalam setiap gerakan yang dia lakukan. Xavier mengambil jarak, mengulur waktu sambil meracik strategi di kepalanya.
Di tengah-tengah pertarungan, Xavier tak sengaja melihat sosok yang dikenalinya di antara penonton. Cassius duduk di antara kursi-kursi kehormatan, dengan senyuman tipis di wajahnya. Tatapan mereka bertemu, mengingatkannya akan kesepakatan di antara mereka. Hal itu melecut semangat juang Xavier untuk segera menuntaskan pertarungan tersebut.