TITOR

KOJI
Chapter #17

Pertaruhan Terakhir

"Kenapa kamu membawaku ke jalan gelap ini?" tanya John, dalam bahasa Prancis.

Sama seperti Xavier, John malang melintang di berbagai penjuru dunia untuk menuntaskan misi, sehingga kemampuan bahasanya—selain bahasa Inggris—tidak perlu diragukan. Kemampuan itu menggenapi kemampuannya yang lain sebagai anggota pasukan elit Amerika.

Anak kecil itu menjawab dengan suara berbisik, "Ada seseorang yang ingin bertemu denganmu."

John merenung sejenak, merasa bingung karena pada masa itu tak seorang pun yang seharusnya mengenalinya. Meskipun begitu, karena penasaran dia memutuskan untuk mengikuti anak kecil itu.

John mengangguk. "Baiklah, antarkan aku padanya."

Anak kecil tersebut berbalik. "Ayo, ikuti aku."

John dan anak kecil itu berjalan di dalam lorong yang gelap, langkah mereka yang terdengar di antara bisikan angin sepi yang menyusup dari celah-celah tembok. Meskipun berada di kegelapan, John bisa merasakan aura misterius yang menyelimuti, tetapi keberaniannya untuk mengetahui kebenaran makin menguat seiring langkah mereka yang melaju menuju takdir yang belum terungkap. Dalam ketidakpastian tersebut, John bertekad untuk menghadapi apa pun yang mungkin menunggu di ujung lorong gelap itu, bersiap menerima jawaban di balik tirai misteri yang belum tersingkap.

Pada masa yang berbeda, kursi batu dingin di ruangan gladiator menjadi tempat duduk Xavier yang mencerminkan penatnya babak semi-final yang baru dilaluinya. Dalam senyap, dia merenung, membiarkan keringat membasahi tubuhnya yang tegang. Meskipun lelah, tatapannya penuh keyakinan karena setiap pertarungan membawanya lebih dekat pada tujuannya.

Misi dari Cassius adalah tautan yang menghubungkan masa itu dan masa depan yang masih samar di tengah labirin waktu yang rumit. Meski tidak tahu apa yang menanti di babak final, Xavier siap menaklukkan segala rintangan demi melangkah maju menuju keberhasilan yang mungkin berada di ujung perjalanan waktu yang tak terduga.

Saat itulah tiba-tiba seorang penjaga mendekatinya, memberikan selembar papirus tanpa berkata-kata. Xavier segera menyadari bahwa penjaga itu adalah bawahan Cassius. Keningnya berkerut, saat pupilnya bergerak menjelajahi pesan yang tertulis di dalam papirus tersebut.

Lihat selengkapnya