Dalam suatu momen krusial, Xavier melepaskan kekuatan yang memesona dengan mengalirkan listrik melalui kedua tangannya yang terkepal. Mengadopsi posisi defensif, Xavier menunggu serangan lawannya dari atas. Ketika musuhnya mengayunkan pedang ke bawah, Xavier dengan cepat menghentikannya dengan tangan kiri sambil memberikan pukulan keras ke perut lawannya menggunakan tangan kanannya.
Lawannya dengan segera terpental ke belakang, kemudian terhempas kuat ke lantai arena. Xavier memanfaatkan kesempatan ini dan meloncat maju, tetapi lawannya yang gesit dengan mahir berguling untuk menghindari serangan yang akan datang.
Xavier, yang tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan, terus menekan, bertekad untuk mengamankan kemenangan dalam momen-momen terakhir pertarungan yang intens. Arena bergema dengan benturan pedang dan aliran listrik saat Xavier melancarkan serangannya yang tanpa henti pada lawan yang lincah; keduanya terkunci dalam perjuangan sengit menuju kemenangan.
Suasana arena terasa makin tegang saat Xavier, dengan tangan bionik dan tangan kosongnya, berhadapan dengan lawannya yang membawa pedang dan perisai. Desingan logam bergema di udara ketika keduanya saling mengelilingi; mata mereka saling terkunci dalam pertempuran untuk saling mengalahkan. Tangan bionik Xavier berdengung dengan energi, siap untuk melepaskan kekuatannya, sedangkan lawannya terus berusaha mencari kelemahan Xavier. Penonton, di tepi kursinya, menunggu puncak dari duel intens ini.
Tiba-tiba Xavier bergerak maju dengan kecepatan tinggi, tangan bioniknya ditujukan ke perisai lawan. Dampak hantaman Xavier membuat percikan api, tetapi sang lawan dengan mahir membelokkan serangan tersebut, lantas membalas dengan kibasan pedang yang cepat. Xavier dengan anggun menghindar, dan membuat penonton terkejut melihat kegesitannya.
Pertarungan berlanjut, setiap petarung terus berusaha mencari celah kelengahan lawan. Tak lama kemudian, tangan bionik Xavier bergerak dengan presisi, meningkatkan pukulannya dan menciptakan perpaduan unik dari ketangkasan mekanis. Lawannya, bagaimanapun, beradaptasi dengan cepat, menggunakan perisainya untuk membelokkan lalu menebaskan pedangnya dengan akurasi mematikan.
Xavier yang bergerak dengan kecepatan luar biasa, berhasil menjatuhkan pedang gladiator tersebut dengan pukulan keras dari kepalan bioniknya. Para penonton bersorak-sorai, tetapi pertarungan masih jauh dari selesai. Sang gladiator dengan cepat pulih, dan meraih pedangnya yang terjatuh.
Dengan gerakan yang penuh perhitungan, Xavier maju seraya memberikan serangkaian pukulan cepat ke arah lawan. Sang gladiator yang terkejut pun kesulitan untuk mempertahankan diri dari serangan tanpa henti, lantaran serangan Xavier yang penuh kekuatan. Tangan bionik Xavier terus mencecar, hingga menciptakan suara yang menggetarkan seisi arena.