“Kehidupanku adalah urusanku, dan kamu tidak perlu ikut masuk ke dalam gelapnya ruang hidupku. Hadirnya kamu bukan sebagai bulan di hidupku, tapi hadirmu adalah bencana yang tak pernah di sangka-sangka.” -Ibram Zhaki Fernanda
“Saat gelap menyapa, bulan hadir untuk menemani gelap yang sunyi. Aku tahu hadirku tidak pernah di harapkan olehmu, tapi setidaknya aku bisa menjadi cahaya untuk hidupmu.” -Bulan Azzahra
Setiap hari minggu, gadis dengan setelan baju panjang tak lupa hijab tersebut selalu bepergian ke panti asuhan Cinta Kasih yang berada di tempat terpencil. Biasanya, gadis itu akan pergi menggunakan bus dengan rute ke arah tujuannya.
Gadis itu bernama Bulan, seperti namanya, dia sosok yang tampak bercahaya dan cantik. Sampai-sampai mata betah untuk terus menatap wajahnya yang manis.
Hari sudah mulai gelap, dan Bulan baru saja kembali dari panti asuhan tempat biasa ia berbagi rezeki. Ia duduk di dekat jendela, menatap percikan air hujan yang terus menghantam jendela. Senyumnya terbit, senang rasanya sudah bisa menjenguk anak-anak panti.
Jalan di lalui, terlihat mengkilat seban hujan yang membasahi aspal mulus tersebut. Di sisi sebalah kiri, sungai mengalir tampak sangat deras. Sedangkan di sisi kanan, tebing yang menjulang tinggi tersebut tampak kokoh.