Two Different World

Zaafatm
Chapter #7

Part 6. Bom Waktu

Brum!!

Suara mesin motor saling bersahutan dengan satu motor yang paling depan dari masing-masing geng. Dua geng motor saling adu pandang menyiratkan sebuah kebencian dalam, bahkan tidak peduli bahwa mereka sedang berulah di jalanan.

Ibram sekali ketua geng, menatap sinis kakak dari adik yang hampir ia buat mati hari itu. Ternyata kakak dari si lemah Zero ingin balas dendam kepada Ibram karena sudah membuat adiknya koma.

Dengan senang hati Ibram meladeni.

“Turun lo bocah ingusan!!” teriak Leo sambil menunjuk Ibram.

Sorry, gue ogah!” Ibram tersenyum remeh saat menatap wajah Leo yang merah padam.

“SIALAN LO BOCAH!!” sungut Leo sambil turun dari motornya di ikuti oleh anggota geng di belakangnya.

Ibram pun turun dari atas motornya sambil memasukkan kedua tangan dalam saku celana sekolahnya. Menatap penuh remeh ke arah Leo dan teman-teman Zero.

“Lo harus tanggung jawab udah buat adek gue sekarat!! Nyawa di balas nyawa, adek gue masih bertahan hidup karena dia kuat. Tapi untuk lo si bajingan! Lo bakal mati di genggaman gue!!” gertak Leo dengan kedua tangan terkepal.

“Masih gue liatin,” kata Ibram dengan santai. Teman-teman di belakangnya tertawa geli mendengar ucapan dari bos kriminal tersebut.

“SERANG!!!” teriak Leo menggema.

Ibram tersenyum sinis saat melihat musuhnya membawa balok dan besi. Ibram berdecih dengan kasar. “SANTUY, GAIS!! MEREKA BAWA BESI, KITA BAWA BOM!!” teriak Ibram kemudian berlari dan menghantam rahang tegas Leo hingga cowok itu terhuyung karena serangan tiba-tiba.

“Pemanasan yang lumayan,” gumam Ibram sambil menggerakkan pergelangan tangannya.

Leo melayangkan tinjuan ke arah Ibram, yang malah di tangkap dengan gampang oleh laki-laki itu. “Tangan lo lembek, man. Mundur, gih!” ledek Ibram sebelum akhirnya menendang perut Leo hingga cowok tersungkur.

Cih! Baru segitu lo?!” tantang Leo bahkan tidak jera sudah di buat terluka hanya dengan dua bogem mentah.

Satu lawan tiga, bagi Ibram itu bukan apa-apa. Si kriminal satu ini, punya ilmu hitam. Akan kebal jika hanya kena balok kayu bahkan besi. Ibram suka saat tubuhnya terasa nyeri, Ibram merasakan rasa nyaman saat itu terjadi.

Ibram menghantam beberapa lawannya dengan tangan kosong. Bahkan pukulan di tubuhnya, bukan apa-apa untuknya. Karena Ibram adalah bom, ia adalah bom waktu yang siap meledak kapan saja.

Jika Ibram meledak, maka tidak hanya separuh anggota musuhnya yang lebur, tapi semuanya. Tapi sampai menit ke dua, Ibram masih anteng meladeni lawannya yang berdatangan untuk menyerangnya.

Ibram sudah bonyok, namun Leo lebih sangat parah. Tatapan menusuk dari keduanya yang menandakan bahwa tidak akan ada kekalahan di antara mereka.

“Lo udah pengen mati, bro. Pulang gih, di kompres nih luka,” ledek Ibram sambil mencengkeram kerah baju Leo yang sudah berlutut di hadapannya karena di tendang betisnya oleh Ibram.

DOR!!

“JANGAN BERGERAK!!” teriak suara pria di sertai dengan suara pistol yang menembak langit.

Lihat selengkapnya