Pembagian rapor sudah di laksanakan dua hari lalu, dan liburan semester akan di mulai satu hari yang akan datang. Karena hari adalah sabtu, yang artinya malamnya adalah malam minggu. SMA Cahaya memang selalu mengadakan fromnight di setiap tahunnya, acaranya akan di laksanakan di aula sekolah.
Tidak wajib, sehingga Bulan dan Arum tidak pergi ke sana. Mereka hanya menitipkan selamat pada kelas XII atas keberhasilan mereka dalam mengikuti pelajaran selama sekolah.
Di acara tersebut, identik dengan topeng dan gaun mewah. Lalu nanti akan di pilih King and Queen yang paling menonjol di antara mereka semua.
Lebih baik di rumah bagi Bulan, keramaian identik dengan maksiat. Terlebih itu acara malam, bukannya Bulan menghina, tapi itu yang ia ketahui tentang segala macam acara. Belum lagi mereka membawa pasangan masing-masing, lengkap sudah.
Hari masih siang, Bulan dan Arum memutuskan untuk pergi ke toko buku siang ini. Mengingat mereka sudah naik kelas, otomatis belajarnya pun di tingkatkan.
“Ini bagus lho novelnya, kemarin aku dengar baru terbit,” ucap Arum sambil menunjukkan novel yang ia bicarakan, “katanya sih tentang islami gitu aku dengar, nggak pernah baca juga aku.” Arum membolak-balikkan buku tersebut, membaca sinopsisnya.
“Seru!’” pekik Arum sesaat telah membaca sinopsis singkat di belakang sampul.
“Aku satu dong,” kata Bulan sambil memilih sampul berwarna pink. Gambar seorang wanita di kursi roda, wanita itupun berhijab. Sangat cantik.
“Kemarin aku ada di kasih buku kelas XII sama Kak Ratu, masih sangat lengkap,” imbuh Bulan memberi tahu.
“Wah, jadi kita beli yang belum ada aja, Lan. Hemat uang juga,” saran Arum.
Bulan mengangguk setuju. Buku pemberian Kak Ratu lumayan lengkap, mereka pun bisa belajar bersama dalam satu buku. Mereka hanya tinggal membeli buku yang belum ada saja untuk menghemat uang, lebih baik uangnya di berikan pada orang yang membutuhkan
“Eh itu bukannya, Gavin ya?” tanya Arum tiba-tiba saat melihat dua insan tengah berjalan di trotoar seberang jalan. Arum mengernyit melihat perempuan di samping Gavin, dia tampak asing.
Bulan mengangguk menimpali bahwa itu adalah Ibram. Dia bersama perempuan yang tidak Bulan kenal. Eh, Ibram itu punya banyak cewek, tak heran Bulan tidak mengenali siapa yang tengah berada di samping Ibram. Seperti yang ia katakan sebelumnya, Bulan adalah salah satu dari banyaknya perempuan yang di miliki Ibram.
“Aku udah cukup deh, Rum. Udah yuk, kita mampir ke Café Grey di ujung.” Bulan langsung menarik Arum sebelum Ibram melihat keberadaan mereka.