Two Different World

Zaafatm
Chapter #34

Part 33. Pilihan

Mata dengan netra hitam pekat itu terkatup dan terbuka secara lambat, sorotnya menatap kosong ke arah bulan purnama di atas langit. Pikirannya melayang jauh, otaknya terasa sangat penuh padahal juga memikirkan satu hal saja. Tapi sungguh, hal ini benar-benar memenuhi isi kepalanya. Bahkan ia di serang pusing karena hal ini.

Malam sudah semakin larut, dan Ibram rela meninggalkan kehangatan di kamar kedua orang tuanya demi memikirkan hal yang ibunya katakan beberapa saat yang lalu. Ia jadi merasa sangat gelisah dan bingung, lebih tepatnya bingung pada pilihan hatinya.

Memang sejak awal hubungan mereka salah, Bulan tidak pernah menginginkan hubungan ini, pun dengannya. Tapi lambat laun, ada banyak rasa yang tidak bisa Ibram pahami dengan benar, rasa itu terlalu bening untuk ia rasakan dengan jelas. Lalu bagaimana bisa ia memutuskan masalah kali ini? Sungguh, ini membuatnya pusing.

“Sebenarnya lo siapa?” gumamnya sambil menatap bulan. Siapa sebenarnya gadis itu dalam hatinya? Dia menempati posisi yang mana di hatinya? Kenapa harus serumit ini perasaan? Ini terlalu sulit untuk di pahami dan di mengerti.

Bulan itu cantik, dia di kelilingi banyak laki-laki yang menyukainya seperti hamparan bintang. Bahkan ada yang terang-terangan menunjukkan ketertarikannya, namun tidak pernah di gubris oleh sang empu. Dan dengan Ibram melepas Bulan, maka dengan mudah gadis itu mendapatkan seseorang yang bahkan jauh lebih baik darinya, atau mungkin tipenya. Gadis itu di kelilingi oleh banyak pemuda yang tampak tulus mencintainya.

Lalu Ibram? Kenapa ia masih harus bertahan di rasa abu-abu yang tak bisa di mengerti. Lepaskan jika tidak ingin, dan pertahankan jika mencintai. Kalimat yang mudah untuk di katakan, namun begitu sulit di lakukan.

Selama ini, Ibram tidak pura-pura buta akan ketakutan dan rasa risi dari Bulan. Ia melihat itu semua di matanya, ia pun merasakannya. Bagaimana tatapannya menunduk kala melihatnya, lalu memberontak dengan suara halusnya, dan terisak diam-diam kala Ibram sudah menyakitinya. Ibram tidak bisa pura-pura buta akan hal itu.

Ada banyak dosa yang ia perbuat ke Bulan, ada banyak goresan luka yang ia torehkan pada hati gadis itu. Dan bertahan rasanya bukan pilihan yang tepat, karena memang sejak awal ini keinginannya juga Bulan.

Tidak perlu di buat seribet ini, toh ibunya sudah memberikannya kebebasan untuk memilih. Ada Viona, gadis itu adalah perempuan yang ia cintai saat ini, dan Bulan adalah cahaya yang hanya sempat singgah kala petang, lalu pergi kala terang.

Tapi kenapa hati menolak keputusannya? Sebenarnya rasa apa yang singgah saat ini? Sungguh, ini sangat memojokkannya.

“Ah!” Ibram mengumpat sambil menarik rambutnya dengan kasar. Ini sangat pusing juga membingungkan, tidak ada titik yang jelas dalam perasaannya.

Ibram bangkit, sekali lagi ia menatap bulan dengan lekat, mencoba untuk kembali memahami hatinya dengan jelas. Namun bagai dejà vu, perasaannya masih enggan terbaca. Masih ada kata semu di dalam perasaan.

Ia beranjak kemudian, ia perlu rehat untuk menjernihkan pikirannya yang kacau. Semoga saja, esok ia mendapati titik terangnya. Agar semuanya mudah, agar rasa aneh ini bisa ia perjuangkan, atau di hilangkan.

—o0o—

Lihat selengkapnya