To Love The Untouchable

Dear An
Chapter #7

Chapter 6 - Sesi Konseling Cyber Tyrab

Di bawah terik matahari, Park Hana berdiri tegak di depan gedung pencakar langit megah TigerLab. Jantungnya berdebar kencang—perasaan kegugupan bercampur dengan kebanggaan yang meluap-luap. Hari ini adalah puncak dari target ambisius perusahaannya melakukan kerja sama dengan TigerLab dan boyband dunia, Cyber Tyrab. Karena itu, Hana tahu ia harus tampil percaya diri dan meyakinkan.

​Sebelum masuk, ia merapikan blazer pink dengan kemeja putih yang membalut tubuhnya, sambil membetulkan celana wide leg pants-nya yang senada dengan blazer. Setelah itu, Hana memejamkan matanya sejenak, menghirup napas dalam-dalam, lalu mengembuskannya perlahan.

​Dengan langkah yang tegas, Hana memasuki lobi TigerLab yang mewah, canggih, dan menawan. Sejuknya embusan pendingin ruangan menyambut dan membuat bulu kuduknya meremang. Sepatu mengilatnya menapak pelan di atas marmer yang berkilauan, memantulkan cahaya lampu-lampu tersembunyi. Ia berjalan menuju deretan lift berlapis krom, kemudian menekan tombol lantai teratas, tempat kantor manajemen Cyber Tyrab berada.

​Di tangannya ada sebuah kotak kardus berisi cupcake buatan rumah. Ini adalah hadiah kecil yang Hana siapkan khusus untuk mencairkan suasana dengan staf manajemen di sana.

Sebuah dentingan halus menandakan lift telah tiba di lantai tujuan Hana. Begitu pintu terbuka, ia disambut pemandangan koridor yang elegan, didominasi warna biru tua dan perak. Lobi ini hening, hanya terdengar suara pendingin udara dan langkah sepatu Hana di permukaan lantai. Ia menuju meja resepsionis, tempat seorang sekretaris dengan penampilan yang profesional dalam balutan blazer biru navy yang rapi sudah siaga.

​“Selamat pagi. Ada yang bisa saya bantu?” Tanya sekretaris itu dengan senyum ramah.

​Hana membalas senyum itu, menelan ludah, dan memegang erat kotak cupcake di tangannya, berusaha menyembunyikan getaran suaranya. “Selamat pagi. Saya Park Hana, pemilik sekaligus Psikolog Klinis dari Harmony Psychology. Hari ini saya dijadwalkan untuk sesi konseling dengan anggota Cyber Tyrab.”

​“Baik, mohon tunggu sebentar. Saya akan memeriksa jadwalnya lebih dulu,” ucap sekretaris itu, jarinya bergerak lincah menelusuri data di layar monitor yang ramping.

​Tak lama kemudian, sekretaris mengangkat pandangan dan tersenyum lagi. “Jadwal sudah terkonfirmasi, Park Hana Sajang-nim. Ruangan sesi konseling sudah kami siapkan. Perkenalkan, saya Kim Yuri Bi-seo-nim. Mari, saya antar ke ruangan Anda,” ajak Yuri, mengarahkan tangan ke sisi koridor dengan gerakan tangan yang elegan.

​Hana mengikuti langkah anggun Yuri, melewati lorong hening hingga mereka berhenti di depan ruangan berdinding kaca buram, persis di samping pintu masuk ruang CEO. Yuri memutar kenop pintu dan membukanya dengan pelan sambil mengulas senyum ramah.

​“Silakan masuk, Park Hana Sajang-nim. Ruangan ini sudah kami siapkan untuk Anda. Anggota Cyber Tyrab akan tiba sekitar tiga puluh menit lagi. CEO kami, Choi Jihoon Sajang-nim akan bergabung menjelang akhir sesi karena beliau masih ada rapat penting di luar,” jelas Yuri dengan intonasi yang tertata rapi.

​“Baik, terima kasih banyak, Kim Yuri Bi-Seo-nim.” Hana berhenti sejenak, menyesuaikan pegangan pada kotak kardus, lalu mengulurkan cupcake yang ia bawa. “Oh, ya, ini ada sedikit camilan sebagai ungkapan terima kasih untuk Anda dan rekan-rekan di sini. Semoga suka.”

​Kim Yuri tampak terkejut sesaat, alisnya terangkat, lalu wajahnya segera berseri. Ia menerima kotak itu dengan kedua tangan. “Wah, terima kasih banyak, Park Hana Sajang-nim! Ini pasti akan kami nikmati. Kalau begitu, saya pamit undur diri dulu. Anggap saja ruangan Anda sendiri.”

​“Baik, terima kasih kembali,” jawab Hana tulus. Yuri kemudian menutup pintu dengan hati-hati, meninggalkan Hana sendirian di dalam ruangan itu.

Setelah Yuri berlalu, Hana mendekati meja kerja utama yang ada di tengah ruangan. Meja itu sudah tertata apik—terbuat dari kayu gelap dengan tekstur kasar yang dikombinasikan dengan permukaan berwarna abu-abu gelap nan halus. Meja berbentuk L itu dilengkapi kursi berlengan kulit hitam yang tebal, dan di atasnya hanya terletak sebuah komputer yang begitu canggih.

Dari dalam tasnya, Hana mengeluarkan buku catatan, pena, dan beberapa kartu asesmen psikolog. Dengan gerakan pelan, ia menata buku catatan, menyusun pena di sebelahnya, memastikan semua peralatannya rapi dan siap sedia. Setelah selesai, Hana menarik napas dalam-dalam, tangannya kini memegang sandaran lengan kursi, menantikan dimulainya sesi konseling perdana dengan anggota Cyber Tyrab.

​Keheningan di ruangan itu terasa menyesakkan. Waktu seolah bergerak sangat lambat, memperparah ketegangan yang dirasakan Hana. Tiba-tiba, telinga Hana menangkap dentingan lift yang memecah keheningan.

​Pintu lift terbuka, memperlihatkan beberapa anggota Cyber Tyrab, diikuti oleh Yuri, yang bergegas melangkah keluar. Mereka bergerak cepat menuju ruang CEO. Suara riuh mereka memecah kesunyian di sepanjang lorong.

Tak lama berselang, kenop pintu ruangan Hana berputar pelan, lalu pintu itu terbuka. Salah satu anggota Cyber Tyrab, yang mengenakan topi, melangkah masuk, didampingi oleh Yuri. Melihat Yuri dan laki-laki itu masuk, Hana segera berdiri menyambut mereka.

​“Park Hana Sajang-nim, sesi konseling pertama akan dimulai oleh Lee Woojin-ssi,” tutur Yuri dengan ramah.

Lihat selengkapnya