To Love The Untouchable

Dear An
Chapter #13

Chapter 12 - Rahasia Yang Terkuak

Lobi utama Nexus MediaWorks diselimuti kesibukan pagi yang padat. Di tengah kemewahan marmer dan kilau cahaya kristal yang bertaburan, Jihoon berjalan tegas, tampil memukau bagaikan sampul majalah: jas hitam klasik yang dipadukan serasi dengan kemeja merah marun, dan sepatu pantofel berkilauan yang memantulkan semburat cahaya di dalam gedung. Bahkan dari kejauhan, kemilau logam pada arloji mahal di pergelangan tangannya tak luput menarik perhatian.

​Pasca-kesuksesan konser megah Cyber Tyrab, Jihoon kini disibukkan dengan urusan perusahaan. Ia meninjau ulang poin-poin krusial dari Memorandum of Understanding (MoU) yang akan dibahasnya, tangannya tak lepas dari layar tablet. Fokusnya terpatri pada kerjasama strategis antara TigerLab dengan Nexus MediaWorks, raksasa media penyiaran.

​Setibanya di lantai eksekutif, pintu lift terbuka dengan desir lembut. Di sana, seorang wanita anggun dengan setelan bisnis abu-abu muda telah menanti. Ia berdiri tegak dengan dagu sedikit terangkat, rambut hitamnya tertata rapi dalam sanggul rendah yang elegan, dan sorot matanya yang tajam menunggu kedatangan Jihoon.

​​“Selamat pagi, Choi Jihoon Sajang-nim,” sambut wanita itu dengan membungkuk hormat. “Perkenalkan, saya Sekretaris Kim Yoona. Mari, saya antar Anda ke ruang direktur.”

​Kim Yoona memimpin jalan, diikuti oleh Jihoon dan sekretaris pribadinya, Jung Seojoon. Mereka melangkah melewati koridor berkarpet tebal yang sunyi, menuju pintu ganda tinggi dari kayu mahoni gelap.

​Yoona mengetuk singkat sebelum membuka pintu. Di tengah ruangan direktur yang luas berpanorama kota, Park Haneul, Direktur Utama Nexus MediaWorks, telah berdiri menyambut. Senyum hangatnya kontras dengan ketegasan yang terpancar dari matanya.

​Haneul melangkah maju. “Selamat pagi, Choi Sajang-nim. Saya Park Haneul, Direktur Utama Nexus MediaWorks,” ucapnya tenang, menjulurkan tangan.

​Jihoon terdiam menatap Haneul, lalu tanpa basa-basi membalas uluran tangan itu dengan raut wajah dingin.

​“Selamat pagi juga, Park Sajang-nim. Saya Choi Jihoon, CEO TigerLab,” jawab Jihoon datar.

​“Silakan duduk,” Haneul mempersilakan ke area sofa mewah yang tersedia.

​Negosiasi dimulai dengan cepat. Pembahasan berpusat pada penciptaan infrastruktur digital revolusioner bagi para idol dan basis penggemar global TigerLab. Jihoon memaparkan tuntutannya: Live streaming superior, konser global yang benar-benar tanpa lag, dan sistem Pay-Per-View (PPV) baru yang mampu menangani jutaan transaksi konten eksklusif secara mulus.

​“Jadi,” tanya Jihoon, menyandarkan punggungnya ke sandaran sofa, suaranya menegaskan tuntutan kualitas yang tak terbantahkan, “apakah dalam kurun waktu empat bulan, perusahaan Anda bisa menyusun roadmap yang solid bersama tim teknisi kami? Saya ingin detail milestone setiap bulan.”

​Haneul, yang telah siap dengan data, menjawab mantap, “Tentu saja. Saya jamin, Nexus MediaWorks dapat mewujudkan sistem digital yang jauh lebih terdepan dan elit bagi TigerLab. Anggaplah ini investasi jangka panjang kami: menjadi yang terbaik.”

​Jihoon mengangguk tipis, ekspresi puas sedikit melintas di wajahnya yang kaku.

​“Baiklah. Saya rasa pembicaraan kita sudah selesai. Saya percaya pada komitmen Anda, Park Sajang-nim. Kalau begitu, saya pamit undur diri. Terima kasih atas ketersediaan waktu Anda.”

​Ia bangkit berdiri, menjulurkan tangan untuk jabat tangan perpisahan yang formal. Haneul membalasnya. “Terima kasih kembali atas kunjungan Anda, Choi Sajang-nim.”

Tepat saat Choi Jihoon memutar kenop, seorang wanita masuk dengan tergesa-gesa. Jihoon hanya melirik sekilas, kemudian segera menutup pintu dan melangkah menjauh.

​Namun, indra pendengarannya yang luar biasa tajam menangkap serpihan percakapan dari balik pintu ruang direktur yang perlahan menutup.

​“Mentang-mentang Hana tidak ada, kamu jadi berani seenaknya datang ke perusahaanku, ya?” suara Haneul terdengar, diselangi tawa kecil.

​“Tentu saja. Kalau tidak ada Hana, aku bebas menemuimu, Oppa, asal tugasku sebagai sekretaris Hana sudah dilakukan.” Jihoon baru menyadari: wanita itu adalah Miyeon, sekretaris Hana.

Lihat selengkapnya