Sesampainya di gerbang markas, kamu melihat seseorang menyambut kalian.
Maya Valenstan.
Berdiri di sisi gerbang, bersedekap sambil tersenyum ke arah kalian. Seperti biasa, Maya mengenakan baju zirah terbuat dari kulit hewan yang dikeraskan dengan pelindung bahu yang hanya ada dibahu kiri. Rambutnya hitam seperti ayahnya, terkepang mencapai punggungnya. Matanya coklat jernih dan selalu terkesan ceria, hidung runcing di atas bibir yang selalu tersenyum. Melihatnya, kamu merasa berdebar. Mengantisipasi.
Maya membantu Amy turun dari kuda ayahnya. Sementara kamu melompat turun dan membantu Arie. Bocah laki-laki itu langsung berlari menghampiri kakaknya.
“Eh, aku pikir Ayah membawa sapi milik Petani Oja, ternyata Ray dan Itan,” ujar Maya sambil melirikmu setelah membantu Amy turun.