To Protect

DMRamdhan
Chapter #6

Bab 4 : Sarapan

Ruang makan markas tampak penuh sesak oleh senior-seniormu. Tubuh-tubuh besar dan kekar mereka terlalu menyita tempat yang tidak berkembang sejak berdirinya. Tanpa menoleh ke mana-mana lagi, kamu masuki antrian berujung juru masak yang akan membagikan jatahmu. Lalu, kamu berencana cari tempat makan di luar. Kamu sempat perhatikan hidangan yang disajikan juru masak dengan melihat rekan seniormu yang telah keluar dari antrian; sup daging, roti dan sebutir apel. Namun, kamu lihat porsi yang mereka bawa lebih banyak dari biasanya, seolah memberi tahu kamu kalau hari ini Perisai Senja akan lebih sibuk dari biasanya. 

Kamu sudah menantikan sarapanmu, tapi tiba-tiba pundakmu ditepuk seseorang. Kamu menoleh dan melihat Maya.

“Ikuti aku!” katanya. 

“Tap aku belum sarapan,” jawabmu. 

“Aku juga! Ayo!”

Dia dorong bahumu hingga keluar dari antrian. Terpaksa kamu ikuti kemauan putri Kapten Vigo itu dan mengikutinya menuju pintu bagian dalam dari Ruang Makan. Kamu ikuti hingga langkah Maya beralih di koridor, menuju tangga melingkar. Segera kamu merasa canggung. Ya, karena kamu belum pernah menaiki tangga itu, bukan? Kamu merasa seolah lantai tempat para perwira Parisai Senja masih terlarang untuk Pegawai Pemula sepertimu, ya, kan? Dapat dimengerti. Langkahmu terhenti sesaat di bawah anak tangga.

“Ayo,” perintah Maya saat menyadari langkahmu terhenti.

Agak ragu, kamu patuh dan melangkah menaiki anak tangga. Kamu ikuti Maya hingga di koridor lain di lantai kedua markas. Ada beberapa ruangan dengan pintu tertutup di kiri-kanan koridor, berujung pada ruang terbuka dengan jendela sempit menghadap gerbang depan Markas; jendela yang kamu bisa sangka untuk para pemanah menyerang bila ada musuh yang menerobos gerbang. Tapi kamu abaikan jendela-jendela itu karena langkah Maya tidak membawamu ke ujung koridor. 

Kamu lihat Maya membuka salah satu pintu dan menunjukkan sebuah ruangan besar penuh dengan rak buku. Satu jendela besar yang berseberangan dengan pintu memberi cahaya ke seluruh ruangan, memberi ilusi siluet barisan rak buku bagai pasukan pembela ilmu pengetahuan. Kamu terpana dibuatnya.

“Ayo, masuk!” ujar Maya setelah melihatmu yang melongo di pintu seperti orang bodoh. Gadis itu kembali berjalan setelah melihatmu melangkah mengikutinya lagi. Dia membawamu lewati satu lajur rak buku hingga ke ujung ruangan di bawah jendela besar itu. Kamu bisa lihat satu meja panjang di sana.

“Apa yang akan kita lakukan di sini?” tanyamu, heran dan canggung.

“Aku mau bahas soal misi pertama kita,” jawab Maya. Ia tuju salah satu ujung meja di mana terdapat kantung kulit di atasnya. Maya buka kantung kulit itu, meraih sesuatu di dalamnya dan melempar sesuatu itu ke arahmu. “Sambil sarapan,” imbuhnya saat kamu menangkap sesuatu itu.

Yang kamu tangkap adalah bungkusan kertas yang menyelimuti sebongkah roti lapis besar berisi sayuran dan serpihan daging ikan. 

“Kamu tidak rewel soal makanan, kan?” sindir Maya, melihatmu membuka bungkusan itu. “Duduk!” 

Merasa tidak berdaya, kamu tidak berkata apa-apa dan duduk di kursi yang ditunjuk Maya. Setelah duduk, kamu lahap roti itu tanpa menunggu perintah Maya. Rasanya sebal juga, ya? Jadi kamu lampiaskan rasa sebalmu terhadap Maya pada roti lapis yang tidak bersalah itu. Yah, kamu juga tidak salah, kamu hanya lapar. 

Lihat selengkapnya