"Aduh, Rania. Ini bawa apaan, sih? Kok sampai segitu banyaknya? Memangnya di bagasi pesawat muat ini semua?" omelan Mama Sari.
Rania tidak menanggapi ucapan mamanya yang sedari tadi mengomel melihat isi travel bag Rania yang sudah penuh. Bahkan, hampir meledak. Bayangkan saja, beberapa helai kainnya sudah muncul-muncul di bagian resleting travel bag itu. Mereka seakan-akan berteriak hendak keluar karena terlalu padat.
Tangan Rania dengan lincah menyelip-nyelipkan beberapa kain yang sudah keluar itu. Dia memaksakan resleting travel bag itu untuk tertutup, lalu menguncinya dengan kode yang ada di travel bag.
"Yeeeey, selesai, Ma."
"Astaga, ini anak benar-benar, deh. Apa aja dibawa, cuma pergi seminggu aja sudah kerepotan kayak pindah rumah," omel Mama Sari kembali.
"Mama nggak usah khawatir. Haha. Ini bakalan ada gunanya. Coba nanti kalau ada temen yang butuh, kan bisa aku bantu, Ma."
Mama Sari hanya menggeleng-gelengkan kepalanya saja. Selesai menghela napas melihat kelakuan Rania, Mama Sari meninggalkan Rania sendirian di kamarnya. Kepalanya serasa pecah kalau selalu berhadapan dengan Rania yang keyakinannya itu melebihi keyakinannya mamanya. Lebih baik, menjauh dulu sebentar.
Rania tersenyum-senyum di kamar sendirian. Dia memandangi semua persiapannya untuk berangkat ke Malaysia dalam rangka event internasional, Model United Nation. Sebuah event bergengsi untuk mahasiswa-mahasiswa yang punya bakat menjadi diplomat muda. Kali ini yang kebagian mengadakan acara ini negara Malaysia. Rania terpilih untuk ikut.
Dua hari yang lalu, Rania sengaja pulang ke rumah. Dia mau pamit dan minta izin sama orang tuanya untuk pergi ke Malaysia. Di sela-sela itu juga Rania merasa impiannya untuk berkeliling dunia dimulai. Yah, kapan lagi, kali ini dia harus benar-benar buktikan sama Papanya.
***
"Raniaaaa ...! Raaann ...!"
Suara Mama Sari berteriak memanggil Rania dari ruang makan. Setelah memanggil-manggil Rania, Mama Sari kembali lagi ke meja makan untuk menata piring yang ada di meja. Beberapa lauk dan masakan khas Mama Sari siap memanjakan lidah Rania dan Papa Rafli -Papa Rania-. Ada piring khusus yang disiapkan Mama Sari untuk Rania, piring hadiah ulang tahunnya dari Rangga. Mama Sari meletakkan sendok dan garpu di kiri dan kanan piring itu.