Untuk sejenak, pikiranku yang analitik terkena distraksi parah yang menghentikan segala aktivitas, membuatku seolah patung hidup yang melongo tanpa ekspresi dan reaksi. mengamati gadis di depan dalam diam. berusaha mencerna.
Satu detik, aku sadar telah terkena karma sumpah dari Iwabe.
Setengah detik, aku sadar gadis di depan masih mengeluarkan nafas, memiliki dua kaki seperti normalnya manusia--yang mana itu berarti dia bukan hantu atau siluman.
Setengah detik berikutnya, aku mulai berasumsi bahwa gaun indah berwarna putih sudah banyak dimiliki wanita-wanita diseluruh dunia. Jadi tidak aneh apabila diambil sampel secara acak, akan didapat seorang gadis bergaun putih untuk ditakdirkan bertemu denganku.
Satu detik, aku tidak jadi memercayai mitos. Pertahanan analitikku semakin kuat.
Satu detik, aku semakin yakin dongeng 'Gadis Gaun Putih Istana' itu hanya omong kosong. soalnya ini minimarket, bukan istana zaman dahulu. Jadi, frasanya rusak.
Seperempat detik terakhir, tiba-tiba kusadari sesuatu.
Wajahnya. Pikirku.
Kenapa ia bisa persis dengan ilustrasi Ame Ganba yang pernah kulihat?
Apakah ini kebetulan?
Siapa sebenarnya gadis ini?
"Maaf karena telah menubrukmu, lelaki asing.", tiba-tiba bibir merah gadis di depan terbuka, berkata. Memberikan intonasi nada menyesal meski wajahnya tak sinkron dengan hal tersebut. Tetap kosong.
"Kerugian yang terjadi ini kita bagi dua. bagaimana?"
Mendapati pertanyaan yang demikian, segenap kesadaranku kembali. Pikiran warasku bekerja. Logikaku berjalan. Sambil memahami gadis bergaun putih yang menunjuk beberapa kaleng kaca selai kacang yang pecah berhamburan, aku menjawab.
"Ya. aku setuju"
"Kalau begitu aku bayar lima kamu lima"
Berkata demikian dengan cepat, gadis gaun putih melangkah lebih dahulu ke kasir. Berbicara sekata dua kata pada kasir, membayar sejumlah uang setelah menunjukkan barang yang hendak dibelinya juga kaleng-kaleng kaca selai yang pecah berhamburan di lantai. Pergi lewat pintu transparan. Menghilang dari pandangan mataku.
"di--dia pergi", Gumamku pada diri sendiri. Masih merasa cukup shock. Bergegas memunguti barang-barang pesanan yang jatuh. Pergi ke kasir. Membayar lengkap dengan ganti rugi. Keluar. Memandang jalanan depan minimarket yang sepi.
Kosong.
Gadis itu sudah menghilang, entah bagaimana caranya.
Terbang seperti arwah atau roh jahat? Tidak. Dia manusia biasa. Aku tidak akan berspekulasi yang aneh-aneh. Mungkin gadis tersebut membawa sebuah kendaraan atau dijemput kawannya. Masih ada banyak kemungkinan.
Menghela nafas, aku memasukkan telapak tangan ke saku jaket hitam yang kedua sisinya terhubung, secara tidak sengaja merasakan sesuatu.