Awalnya, Satya memang sudah mengantisipasi apa saja yang akan ditanggungnya jika ia sudah mengelola toko ice cream nya sendiri. Namun ternyata, ketika dirinya sudah menjadi Bos dari toko ice cream yang dikelolanya, ia tak mengira akan mendapatkan beban pikiran sebanyak ini.
Berbagai masalah mulai sering terjadi di Toko Ice Cream Happiness miliknya. Dari kerusakan alat untuk membuat ice cream yang dibelinya dengan harga murah, ganti rugi untuk menebus biaya pengobatan yang diakibatkan satu-satu karyawannya bernama Laras yang menghajar salah satu pembeli karena bersikap tidak sopan, memikirkan bagaimana agar CCTV di tokonya tidak mudah rusak agar bisa merekam semua kejadian salah satunya tindakan tidak baik supaya ia tidak harus mengganti rugi dan yang terakhir adalah masalah uang sewa toko per bulan yang sudah di tunggaknya selama empat bulan kepada pemilik aslinya.
Memikirkan itu semua membuat Satya menghembuskan napas beratnya sambil menatap buku tabungan berwarna biru dengan isinya yang tidak seberapa. Bip! Suara pesan masuk dari ponsel Satya membuatnya sedikit terdistraksi akan masalahnya. Saat itu temannya, Bimo, yang sedang mendapatkan cuti dari pekerjaannya sebagai sopir pribadi mengajaknya untuk bermain setelah pulang dari pekerjaan Satya. Namun tentu ajakan itu langsung ditolak oleh Satya karena ia merasa harus mencari solusi untuk masalah keuangan yang sedang dihadapinya.
“Aing kalau gak persiapan nikah, kayaknya bisa minjemin duit…” Kata Bimo dalam pesan teksnya yang merasa bersalah karena tidak bisa memberikan bantuan kepada temannya.
“Yaudah batalin dulu gimana?”
Dari balasannya itu Bimo tidak langsung meresponnya. Bukan karena tersinggung akan lelucon yang dilempar Satya. Satya sangat tahu temannya itu pasti sedang memikirkan cara lain agar bisa membantunya walaupun hanya sekedar memberikan kata-kata penyemangat atau solusi yang tidak terprediksi.
“Eh diinget-inget kalau gak salah dulu ada yang belum bayar hutang ke dirimu… Mending tagih deh itu utangnya ke si Indah. Lumayan kalau anaknya udah insyaf dan ingat dosa, bisa mengurangi biaya sewa.” Kata Bimo dalam pesan teks yang dikirimnya hingga membuat Satya menyunggingkan senyum. Tebakan dirinya mengenai Bimo yang sedang mencari cara lain terbukti benar lagi untuk kesekian kalinya. Namun setelah Satya tersenyum, keraguan muncul pada dirinya.
Keraguan itu mengenai Indah yang akan membalas pesannya atau tidak ketika dirinya menagih lagi. Karena sudah beberapa kali selama kurang lebih empat tahun, temannya yang bernama Indah itu selalu menghindar dari hutangnya kepada Satya sebesar satu juta rupiah. Namun daripada tidak mencobanya sama sekali, terlebih ia sedang dalam keadaan darurat, Satya memutuskan untuk mencobanya sekali lagi. Tapi setelah berhasil mendapat jawaban pertama berupa ‘iya’ dari Indah setelah menyapa dan menanyakan kabar, Indah tidak membalasnya lagi. Bahkan pesan selanjutnya yang dikirim Satya berubah menjadi ceklis satu. Tanda online yang sebelumnya Satya lihat tercantum pada nama kontak Indah di layar handphone pun berubah menjadi offline.
Entah mengapa, jika situasinya seperti ini, Satya jadi teringat kata Bimo yang mengatakan bahwa ia adalah rentenir sopan yang selalu memberikan kemudahan kepada Indah. Tidak ada ancaman dan hanya menunggu orang yang berhutang disadarkan oleh akal pikirannya sendiri. Satya juga ingat bahwa Bimo pernah menegurnya karena terlalu baik kepada orang lain hingga berhasil dimanfaatkan dengan mudah. Namun karena saat itu Indah sedang kesulitan membayar uang kuliah, Satya yang merasa iba membantunya dan memberikan sebagian tabungan sebesar satu juta rupiah untuk menambahkan kekurangannya.
“Gimana?” Tanya Bimo dalam pesan teksnya lagi yang langsung dibalas dengan mengirimkan screen capture dari percakapannya dengan Indah yang tidak di balasnya.
Menurut Satya, Indah temannya itu berubah. Tidak seperti awal ketika meminjam uang kepada dirinya dengan memasang wajah penuh belas kasih hingga membuatnya berempati. Indah sekarang selalu menghindar darinya. Mentalnya semakin kuat untuk tidak membalas pesan Satya yang menagih uang miliknya sendiri secara baik-baik. Padahal Satya hanya butuh diberi kepastian. Kalau benar belum ada untuk menggantinya, Satya harap Indah bisa mengatakan itu secara langsung. Namun menurut Bimo, Indah belum membayar hutangnya bukan karena tidak mampu, tapi karena tidak mau. Seringkali Bimo memberitahu Satya mengenai story di akun media sosial Indah yang selalu menunjukkan kemampuannya untuk membeli sesuatu. Tapi Satya mencoba untuk tidak mempermasalahkannya.
“Dengan harga satu juta rupiah, aku jadi tahu Indah itu orang seperti apa. Jadi, mungkin itu harga yang harus dibayar kepadanya untuk mengetahui karakter asli dirinya.” Jelas Satya kepada Bimo yang pada saat itu menjelaskan dengan menggebu mengenai update terbaru story instagram milik Indah yang memamerkan barang-barang yang dibelinya.
Setelah tidak mendapat jawaban dari Indah, Satya pun memutuskan untuk pergi ke kediaman Pak Mail untuk meminta keringanan mencicil uang sewa tokonya. Satya berharap ada keajaiban yang bisa membantu dirinya keluar dari permasalahan keuangan yang akhir-akhir ini membuatnya kewalahan.
Keesokan harinya, Satya sudah duduk di ruang tamu kediaman Pak Mail. Seorang yang sudah terpandang oleh masyarakat luar karena profesinya sebagai pemilik Black Bodyguards, jasa pengawal pribadi yang sudah menjadi langganan para politikus, artis papan atas dan orang penting lainnya. Dan sebenarnya Satya sedang dilanda kepanikan menunggu kedatangan Pak Mail.
Terlihat dari keringat dingin yang sesekali ia seka dengan tangannya. Satya juga merasa tidak tenang hingga berulang kali menelan air ludahnya. Dirinya sudah membayangkan akan menjadi bahan amukan Pak Mail jika ia mengatakan tidak bisa membayar tunggakan sewa bulanan di tempat yang kini menjadi sumber utama mata pencahariannya, Toko Ice Cream Happiness, yang terletak di dekat taman kota. Satya juga sudah membayangkan jika Pak Mail malas mengurus orang seperti Satya, mungkin ia akan memanggil anak buahnya yang berbadan kekar dan memiliki ilmu bela diri tinggi untuk menghabisinya. Jika kekhawatirannya datang seperti ini, Satya selalu ingat perkataan Pak Mail saat menyetujui harga sewa yang ditawarkan menjadi empat juta per bulan dari harga normal sebesar enam juta per bulan.
"Okay, saya setuju kamu bayar segitu. Usaha kamu buat buka toko ice cream ini mengingatkan saya ketika mau membangun Black Bodyguards. Tapi ingat ya, bayar sewanya harus tepat waktu. Jangan lari dari tanggung jawab dan kecewakan saya seperti orang yang sudah-sudah!" Saat itu Satya mengangguk sambil menjabat tangan Pak Mail sebagai bentuk kesanggupan.