TOKO ICE CREAM HAPPINESS

Novi Assyadiyah
Chapter #3

TIGA KUPON GRATIS SATU

Cuaca terik dan hawa yang panas pada hari ini membuat Tiara sangat ingin menikmati rasa ice cream vanila kesukaannya yang ditaburkan berry bean asli dengan saus strawberry di dalamnya. Ice cream yang diinginkannya itu memiliki harga delapan belas ribu rupiah. Melihat uang yang ada di dompetnya pas dengan harga ice cream yang diinginkannya membuat Tiara berpikir keras untuk membelinya. Kalau ia menghabiskan uangnya hari ini, maka ia tidak bisa menabung mingguan untuk melunasi Lembar Kerja Siswa/LKS yang akhir-akhir ini sering ditagih Wali Kelasnya untuk segera melunasi.

Uang jajan yang diberikan Ibunya lima puluh ribu per minggu harus Tiara kelola agar cukup Tiara nikmati sebagai anak Sekolah Menengah Atas yang sedang duduk di kelas sebelas. Sebagai anak pertama dari dua bersaudara, Tiara harus memaklumi kondisinya. Tiara juga sadar tidak bisa memaksakan Bapak yang bekerja sebagai kuli bangunan dan Ibu yang menjabat sebagai Ibu rumah tangga untuk memberi uang jajan lebih kepadanya. Maka dari itu, ia berpikir untuk bisa menyisihkan uangnya untuk sekedar membantu meringankan beban orang tuanya dalam membayar pendidikan, salah satunya membantu membayar LKS. Tapi pendirian itu tergoyahkan hari ini, ia sangat ingin menikmati ice cream kesukaannya. Rasa frustasi karena selalu ditanyakan Wali Kelas kapan bisa membayar buku LKS membuat Tiara ingin melepaskan dirinya kali ini dengan sekedar membeli apa yang diinginkannya.

Dengan memantapkan hati, Tiara melangkah ke Toko Ice Cream Happiness yang sedang dipenuhi oleh pembeli. Mau tidak mau Tiara harus mengantri untuk mendapat giliran. Ketika tiba dirinya untuk memesan, Tiara langsung menyebutkan keinginannya kepada pegawai yang bernama Satya yang diketahui dari name tag pegawai yang ditempelkan di bajunya.

“Mau pesan Berry Bean Ice Cream rasa vanilanya satu ya Kak!” 

“Okay, Berry Bean Ice Cream vanilla satu, ada lagi?”

Tiara menggelengkan kepalanya dan langsung membayar ice cream itu. Melihat bagaimana cepatnya Kak Satya dalam melanggani pembeli membuat Tiara sangat kagum. Tiara berpikir bahwa ia adalah orang yang sangat pro dalam pekerjaannya. 

"Kak! Tuh, pegawai baru tadi buat kesalahan lagi. Bukannya minta maaf malah ngebales terus teguran dari aku. Mentang-mentang pake orang dalem jadi bisa seenaknya!" Seorang pegawai wanita yang baru masuk itu menghembuskan napas kesal. Kak Satya mengisyaratkan kepada pegawai wanita yang Tiara prediksi sudah lama bekerja di toko ini untuk tenang dan meredam emosinya mengingat masih banyak pelanggan yang mengantri. Pegawai wanita itu langsung meminta maaf dan langsung melayani pembeli lain dengan cepat. Sedangkan Tiara refleks melihat pegawai baru yang berada di arah luar. Wow. Orang Kaya memang selalu beda. Jarang mau mengakui kesalahannya. Sepertinya dia hanya bersenang-senang dengan segala hal tanpa memikirkan perasaan orang lain. Pikir Tiara dalam hati ketika melihat penampilan serba modern dengan brand mahal dari pegawai baru itu. Seorang laki-laki bertubuh kekar menghampirinya sambil memberi sekotak makanan. Wow, jelas beda. Tapi apa nggak risih dikawal terus? Hahaha sudahlah, bukan urusanku. 

"Pesanannya!" Tiara menyudahi percakapan dalam hatinya lalu berterimakasih kepada Kak Satya. Kak Satya tersenyum mengangguk lalu segera menghampiri pegawai baru ke arah luar setelah menyelesaikan pesanan Tiara dan menyerahkan antrian selanjutnya kepada pegawai lama yang menyanggupi. Tiara yang ingin menikmati ice cream-nya dengan suasana nyaman memutuskan untuk mencari meja kosong sebagai tempat yang tepat. Tapi tiba-tiba seseorang yang sedang terburu-buru menabrak tubuh Tiara dan membuat ice cream yang ada di genggaman Tiara terjatuh. 

“Ma-maaf, nggak sengaja.” Tiara sangat kaget hingga matanya langsung berkaca-kaca, ia kemudian mengangkat pandangannya untuk melihat orang menyebalkan mana yang membuat dirinya kehilangan setengah ice cream miliknya. Tiara sangat ingin mengumpat kepadanya dan memaki dengan seenaknya tanpa memikirkan bagaimana perasaan orang tersebut nantinya. Tapi ketika Tiara mengetahui siapa orang tersebut, Tiara hanya bisa diam menahan amarahnya.

“Tiara! Ya ampun, kalau jalan itu pakai mata, dong!" Engga kalau jalan itu pake kaki. Jawabnya dalam hati. "Baju aku jadi lengket kan.”Bodo amat, salah situ jalan buru-buru! Nih, aku diem lagi cari meja kosong. Omelnya lagi dalam hati yang secara langsung Tiara hanya terdiam melihat kekesalan di wajah temanya itu.  

Lihat selengkapnya