TOKO ICE CREAM HAPPINESS

Novi Assyadiyah
Chapter #5

MOCHI ICE CREAM PART II

Setelah menyelesaikan pesanan para pembeli, Bianca kembali ke tempat dimana Hendra berada. Situasinya kini sedikit berbeda karena Smoothies ice cream vanilla yang ada di gelas Hendra itu sudah hampir habis. 

“Maaf, ceritanya jadi terpotong…”

Hendra tersenyum dan mengatakan tidak apa-apa. Ia menjelaskan bahwa dirinya pun sedang merenungkan segala perbuatannya.

“Boleh lanjut omongannya yang tadi sempat terpotong?” Pinta Hendra yang kali ini sedikit tidak sabar. Sementara itu Bianca tertawa mendengarnya lalu mengangguk untuk melanjutkan.

“Bapak sendiri tadi bilang, istri Bapak rela meninggalkan karirnya demi Bapak. Menurut saya, dia bukan tipe orang yang mudah mengambil keputusan kalau sudah ada rencana pasti di depannya. Dia memilih meninggalkan karirnya karena yakin memiliki Bapak yang mampu membahagiakannya. Namun ada yang dia tidak sadari, sebelumnya ia mampu melakukan apapun dengan uang pribadinya tapi setelah menikah dengan Bapak, dia merasa selalu menyulitkan Bapak dan mungkin berpikir tidak mampu membahagiakan Bapak dikala kondisinya sedang sulit.” 

Hendra terdiam lagi, tak mampu berkata-kata. Perkataan yang dilontarkan Bianca ia setujui lagi. Seharusnya ia bisa lebih memahami perasaan istrinya. Pemikiran ini membawa Hendra bertanya kepada dirinya sendiri, apakah perkataannya selama ini mengenai dirinya tidak ingin membuat istrinya sedih adalah upaya dirinya untuk mendapatkan ketenangan agar Ibunya tidak mempertanyakan lagi kapan keduanya akan memberikan keturunan? Jika benar, Hendra merasa sudah melakukan kesalahan yang sangat fatal kepada istrinya. 

“Dan mungkin sebenarnya istri Bapak sudah memprediksi Bapak akan menyarankan program bayi tabung lalu akan mengeluarkan banyak uang lagi untuknya. Maka dari itu, ia selalu menolak Bapak dan memberikan alasan menjaga orang tuanya. Mungkin kebiasaan dia yang selalu memakai uangnya sendiri, menjadi rasa bersalah karena Bapak yang terus membantunya. Walaupun sebenarnya itu tidak salah. Hanya saja jika sudah persoalan gengsi, itu sulit.” Hendra menghembuskan nafas beratnya. Sekarang ia sama sekali tidak tahu harus berbuat seperti apa untuk menebus kesalahan kepada istrinya yang ternyata sudah semakin membesar tanpa disadari. 

Lihat selengkapnya