Toko M153 (Serum Terkutuk)

Diyah Islami
Chapter #1

Lo Cantik Lo Aman

Swastika namanya, sahabat Tantri sejak kecil. Wajahnya cantik, perpaduan korea Indonesia. Ayahnya adalah orang korea asli dan ibunya orang Indonesia keturunan sunda-bugis.

Swastika cantik? tentu saja. Gen ayahnya menurun padanya. Matanya sipit dengan hidung mancung. Bibirnya tipis dan kecil. Bahkan yang membuat spesial adalah kedua lesung di pipinya. Rambutnya hitam legam sepinggang.

Sebagai sahabat yang selalu berada di sampingnya. Tantri selalu dibanding-bandingkan dengan Swastika yang cantik. Karena wajahnya yang kata orang tak pantas berdiri di dekatnya, karena bisa menutupi kecantikan Swastika.

Jahat? Sayangnya Tantri sudah kebal dengan omongan-omongan itu.

Ia sadar diri, wajahnya tak semulus Swastika. Beberapa bagian, seperti pipi, hidung, dagu dan dahi ditumbuhi jerawat yang membuat permukaan kulitnya tak rata. Hidungnya juga tak semancung Swastika. Namun, tidak bisa dikatakan pesek juga, setidaknya masih berbatang.

Mata Tantri? Sayangnya mengalami kekurangan, mungkin itu nilai minusnya. Ia mengalami rabun jauh yang menyebabkannya harus memakai kacamata. Proporsi wajahnya juga tidak sempurna dengan bibir tebal dan alis yang nyaris tak tampak.

Intinya jika dibandingkan dengan Swastika, Tantri kalah telak. Walau mengaku kebal dengan perkataan orang-orang, jauh di dalam lubuk hatinya, ia selalu iri dengan kemudahan yang kerap kali dialami Swastika karena kecantikannya itu.

Sejak berteman dengannya Tantri mulai mengakui beberapa petuah bijak yang biasanya ia abai akan hal itu. Salah satunya yang masih ia ingat sampai saat ini adalah sebuah perkataan yang bunyinya begini;

Jika kamu terlahir cantik atau ganteng. Separuh masalah hidupmu teratasi.

Bisa dikatakan beauty privilege itu memang ada. Orang-orang yang canyik atau ganteng cenderung memiliki keistimewaan yang tak akan mungkin di dapatkan oleh orang jelek. 

Tantri mengakui hal itu karena sangat menggambarkan kehidupannya. Dunia ini hanya adil untuk mereka yang berwajah cantik saja. Sementara yang tidak? Bersiaplah untuk berusaha sepuluh kali lebih keras dari mereka yang memiliki keberuntungan itu.

Karena ketika kamu terlahir cantik, bisa dipastikan hidupmu akan aman.

“Makasih teman-teman buat hadiahnya!“

Tantri menghela nafas sembari menopang dagu melihat Swastika dikerubungi beberapa teman yang dominan laki-kaki, sedang memberinya hadiah ulang tahun. Walau gadis yang menjadi sahabatnya itu berulang tahun masih besok.

Tantri mengingat-ingat, berbeda dengan ulang tahunnya dua minggu yang lalu. Satupun dari teman kelasnya itu, tak ada yang mengingat. Bahkan Saat ia membuat video singkat di whatsapp mereka baru mengucapkan selamat, catat hanya ucapan selamat. Itupun hanya beberapa termasuk Swastika.

Ah, apa yang bisa ia harapkan dengan wajahnya ini?

“Tantri!“ 

Ia menoleh, meja Swastika sudah sepi. Orang-orang yang berkerumun tadi sudah pergi entah kemana sejak ia melamun. 

Swastika tampak kerempongan dengan beberapa hadiah di mejanya. Jam kuliah telah berakhir. Beberapa masih berada di kelas dan yang lain sudah pulang

“Aku boleh minta tolong?“ 

“Minta tolong apa?“

“Bantu aku bawakan hadiah-hadiah ini. Aku tidak bisa membawa semuanya,” ucapnya dengan senyuman khas. Kedua lesung pipinya tampak, membuat wajahnya tampak jauh lebih cantik.

Mungkin, ini alasan kenapa orang-orang tak bisa menolak permintaan dari orang sepertinya.

Tantri berdecak, meski agak kesal ia bangkit dari duduk. Memindahkan sebagian hadiah itu ke tangannya. Lalu mengikuti Swastika berjalan keluar dari kelas. 

“Terima kasih.“

Lihat selengkapnya