Hari demi hari pun berlalu, janin dalam kandungannya semakin membesar. Sudah ada pergerakan, menurut dokter 3 minggu lalu kandungan Karina sudah memasukin bulan ke lima. Perempuan itu sangat senang kala janin di dalam perutnya memberi reaksi saat dia menyentuh lembut. Tapi sayangnya, ada seorang suami yang tidak bahagia dengan kehamilan istrinya.
Dodi pernah mengatakan pada Karina bahwa dia tidak akan peduli sedikitpun pada kehamilannya saat ini. Tidak mau tau rasa sakit itu yang akan dirasakan perempuan itu, mual dan muntah yang Karina rasakan setiap hari, hingga susah tidur kala ngidamnya belum kesampaian. Dodi bertekad tidak akan peduli sama sekali.
Bahkan, pekerjaan rumah pun laki-laki itu tidak peduli. Dia bak raja tinggal di istananya, dengan Karina sebagai pembantu di istana yang tidak terlalu megah itu. Semua keperluan Dodi disiapkan oleh tangan perempuan itu. Rasa lelahnya dia buang jauh-jauh agar tetap bisa tinggal di rumah itu.
Karina semakin kepayahan dalam bergerak, semuanya menjadi terbatas. Tidak bisa tidur dengan bebas, apapun aktifitas yang dia lakukan seolah tidak bisa secepat dulu. Kadang dia mengeluh capek dan sakit di perutnya.
"Ayo ... kamu bisa sayang. Ibu yakin kamu bisa membantu Ibu bekerja. Jangan mengeluh ya, sayang!" katanya mengelus-elus perutnya sambil menyapu, dia berharap janinnya kuat sampai hari melahirkan tiba.
"Karina ... Karina cepat kemari!" teriak Dodi dari kamar, suaranya mengagetkannya. Ia bergegas meletakan sapu lalu berjalan pelan-pelan ke kamar. "Karina ... cepat kemari, apa kau tuli?" teriak Dodi lagi sebelum perempuan itu benar-benar sampai ke kamar.
"I-iya mas ... iya," kata Karina dengan napas tersenggal-senggal. Dia tampak kelelahan sambil menahan rasa sakit di perutnya.
"Lambat! Apa kamu gak bisa bergerak lebih cepat, huh?"
"Maaf, Mas. Perut besarku sudah bikin aku gak bisa bergerak cepat!" sahut Karina terus mengelus-elus perutnya. Sesaat tadi janinnya ikut bergerak, terus menendang-nendang tak mau diam.
Dodi menatap sinis ke perut besar perempuan itu. "Siapa suruh kau memaksakan diri mengandung anak itu, menyusahkan saja!" gumam Dodi tak suka janin itu semakin membesar di perut Karina. "Sudah, cepat carikan seragam kerjaku!" perintah Dodi. Karina hanya mengangguk.
Dia mulai mencarinya di tumpukan pakaian Dodi di lemari. "Kenapa kamu memaksakan diri untuk mengandung anak haram itu?" tanya Dodi di belakang Karina. "Bukankah lebih baik kamu gugurkan dia, anak sialan itu membuatku tidak bisa melakukan hubungan badan denganmu!"
Karina tidak mau berargumen tentang bayinya. Bagi dia, apapun cara Dodi untuk menyuruh dia mengugurkan janin di rahim, Karina akan terus menjaga dan merawat sampai bayi itu lahir ke dunia.